sumber int

Hubungan Tanpa Komitmen Trend Baru di Makassar, Siapa Untung Siapa Baper?

Minggu, 16 Desember 2018 | 14:08 Wita - Editor: Irwan AR -

GOWA, GOSULSEL.COM Pola relationship yang merebak di lingkugan anak muda terutama di kota-kota besar semakin unik. Kecenderungan untuk keluar dari pakem konvensional akibat perkembangan teknologi informasi serta akses sosial media diduga turut memberi andil.

Hubungan jenis kelamin baik yang beda jenis keamin maupun sesama jenis saja sudah menimbulkan kontroversi. Misal, pernikahan yang paling bisa diterima kultur umum masyarakat Indonesia. Atau paling minimal adalah pacaran, yang terkini muncul gerakan hastag #IndonesiaTanpaPacaran. Itupun pernikahan beda agama atau sesama jenis belum bisa diterima secara umum oleh masyarakat Indonesia apalagi suatu hubungan yang menolak komitmen sama sekali.

pt-vale-indonesia

Ada tiga jenis pola “hubungan tanpa komitmen” yang berhasil ditelusuri Gosulsel.com, yang dianut oleh anak-anak muda di kota besar terutama ibukota Jakarta. Kota Makassar pun sudah semakin sering terlihat, bahkan dalam tiga tahun ini mulai terbuka atau menjadi rahasia umum.

Ketiga jenis yang dimaksud adalah; Friend Zone (FZ), One Night Stand (ONS) dan Freind With Benefit (FWB). Yuk kita bahas satu-satu.

FZ, sederhannya adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai sahabat, tetapi persahabatan ini lebih dekat bahkan dari hubungan pacaran misalnya. Keduanya lebih terbuka dan lebih bebas berekspresi, akhirnya seringkali salah satu diantaranya -entah si cowok atau cewek- yang kemudian larut lalu menjadi “bawa perasaan alias Baper. Kondisi ini seringkali dianggap bahwa yang satu pihak hanya memberi harapan palsu atau PHP.

Seperti yang dialami seorang cowok yang kita sebut ‘Mr P’ (24) yang saat ini tengah menyelesaikan studi S2 komunikasinya di kota Makassar. Ia kerap dituduh raja PHP hanya karena keseringan membangun hubungan persahabatan tanpa ada kepastian soal status. ” ya susah juga, karena kita maunya cuma teman dulu, makan sama, nonton sama, ngobrollah, tapi ya begitu kalau sudah baper,” ungkapnya membela diri.

Jenis hubungan ini banyak terjadi di pergaulan anak-anak muda di kota Makassar, sebut saja misalnya Lisma (20), anak komunikasi sebuah kampus swasta yang menuturkan bila di kampusnya rerata mulai dari sekedar FZ dulu. “Ada yang akhirnya lanjut pacaran bahkan menikah ada juga yang hilang tanpa kabar selanjutnya, hehe,” ujar Lisma kepada Gosulsel.com, dihubungi, Jumat akhir pekan kemarin.

Nah, untuk ONS lebih sebagai hubungan “cinta satu malam” atau sebagai kebutuhan terhadap seks yang tiba-tiba. Sifatnya suka sama suka, sama-sama butuh lalu jadilah “deal”. Bisa juga secara terencana dengan mencari calon parner di aplikasi daring hook up (pertemanan khusus untuk kebutuhan seks) ada beberapa aplikasi jenis hookup ini, misal Tinder atau WeChat. Hubungan ini sendiri lebih ke sex oriented dan bersifat sesaat hanya semalam tanpa ada kelanjutan setelahnya.

Fokus Friend With Benefit

Salah satu adegan dalam Film Friend With Benefits yang diperankan Justin Timberlake dan Mila Kulnis (int)

Bila bertanya apa hubungan yang mengakomodir FZ dan ONS maka tentu jawabanya adalah FWB, pola hubungan ini adalah pola dua orang yang bila ditanya “ada hubungan apa kalian?” selalu akan dijawab “just friend” namun sesungguhnya yang terjadi adalah Teman Tapi Mesra.

Benefit yang dimaksud dalam FWB adalah kebutuhan atas seks tanpa komitmen. Kalau pernah lihat film hollywood Friends with Benefits yang diperankan Justin Timberlake dan Mila Kusnis atau film No Strings Attached yang diperankan Ashton Kutcher dan Natalie Portman setidaknya bisa menjelaskan bagaimana pola hubungan jenis FWB itu. Walaupun happy ending di film itu belum tentu seindah ending hubungan FWB yang akan kalian lakukan.

FWB inilah yang akan kita bahas lebih panjang. Fenomeaa baru ini dianggap jadi solusi bagi mereka yang butuh sebuah pola hubungan tanpa manipulasi serta kekangan pasangan seperti dalam pacaran terlebih pernikahan. Menurut seorang aktivis perempuan yang juga mengaku beberapa kali terlibat hubungan FWB tersebut, sebutlah dia “Honey” mereka yang menolak untuk berkomitmen bukan harus dinilai tak suka bertanggung jawab, “Itu sebagai wujud pernyataan atas kedaulatan diri saja saya kira, selain sebagai alternatif untuk mengindari kebosanan sebuah hubungan katakanlah pernikahan,” ungkap pegiat isu-isu perempuan di ibukota ini.

Halaman: