Dosen Ekonomi Pembangunan UNM, Syamsu Alam

Dosen Ekonomi Pembangunan UNM Sebut Tol Pettarani Belum Layak Jadikan Makassar Kota Dunia

Jumat, 21 Desember 2018 | 11:30 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Mutmainnah - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Setiap daerah, termasuk Kota Makassar sejatinya membutuhkan sarana dan prasarana terutama fasilitas transportasi untuk memudahkan akses dari satu tempat ke tempat lain dan memperlancar jalur distribusi barang dan jasa. 

Kehadiran Tol Pettarani dianggap sebagai solusi dalam pemenuhan sarana transportasi tersebut, karena diprediksi ke depan dengan selesainya jalan tol pettarani ini akan memudahkan akses dari dan ke bandara menuju ke tengah kota yang juga sekaligus menghubungkannya dengan daerah lain seperti Gowa, Takalar dan daerah lain di selatan Kota Makassar. 

pt-vale-indonesia

Pembangunan jalan tol ini sekaligus menjadi indikator kemajuan Kota Makassar sebagai Kota Metropolitan menuju Kota Dunia yang diharapkan mampu menunjang suksesnya pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. 

Bukan hanya pertumbuhan ekonomi lokal tetapi mampu menopang pertumbuhan ekonomi Sulsel bahkan nasional. Kemajuan ini diharapkan mampu secara real meningkatkan kualitas tatanan kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. 

Pembangunan Tol Pettarani diakui Syamsu Alam sebagai indikator kemajuan Kota Makassar, namun belum layak mencatat Kota Makassar sebagai Kota Dunia.

“Kalau kemajuan boleh jadi. Tapi untuk berpredikat kota dunia belum layak dan masih sangat jauh. Indikatornya banyak. Kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakatnya,” terang Dosen Ekonomi Pembangunan tersebut saat dihubungi Gosulsel.

Sementara itu, merespon keresahan sebagian masyarakat akibat macet karena penutupan 1/2  jalan AP Pettarani Makassar, dosen yang dikenal dengan tulisannya tentang politik ekonominya ini menyampaikan solusinya.

Ia menyarankan agar pengerjaan jalan AP Pettarani dikerjakan tiap per kilometer persegi, sehingga penutupan 1/2 badan jalan di sepanjang jalan AP Pettarani bisa dihindarkan, macet pun akan lebih terurai.

“Soal macetnya, wajarlah kalau mengambil 1/2 badan jalan. Mungkin akan lebih baik jika dikerja per kilometer persegi. Jadi tidak perlu dipagar sepanjang jalan pettarani,” saran Syamsu Alam.

Seperti diketahui, ukuran sukses atau tidak sebuah pembangunan ukurannya dilihat dari tercapainya target SDGs (Sustainable Development Goals). Ada lebih dari 190-an indikator dalam penilaiannya. Diantaranya, Pendapatan perkapita masyarakat meningkat, pengangguran dan kemiskinan menurun, sanitasi bagus, ruang publik memadai, dan ramah untuk disabilitas.(*)