Pembuat Gamacca di Galesong Selatan, Takalar

Menengok Kerajinan Dinding Gamacca Bambu di Takalar yang Terancam Punah

Rabu, 30 Januari 2019 | 21:15 Wita - Editor: Irwan Idris -

TAKALAR, GOSULSEL.COM — Di tengah zaman penggunaan semen dan gypsum untuk pembangunan rumah, warga di Desa Sawakong, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar masih tetap bertahan memproduksi gamacca atau dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu, sejak tahun 1960 hingga sekarang.

Gamacca anyaman bambu atau kerajinan anyaman dari bambu merupakan salah satu jenis dari berbagai macam hasta karya yang ada di Indonesia. Penggunaan anyaman bambu untuk bangunan, sangat cocok digunakan di negara beriklim tropis seperti Indonesia.

pt-vale-indonesia

Apalagi cuaca dan tanah di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan tanaman bambu,
sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat anyaman sangat melimpah.

Bambu pipih bahan utama pembuatan gamacca

Selain digunakan sebagai dinding rumah, anyaman bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat rumah tangga.

Di Desa Sawakung sendiri, produksi anyaman lebih banyak untuk bahan dinding pada rumah panggung. Hingga saat ini masyarakat yang masih menggunakan rumah panggung sebagai tempat bermukim, masih membutuhkan dinding gamacca.

Salah satu pengrajin gamacca dari Desa Sawakung, Nur Alam yang masih memproduksi anyaman bambu sebagai sumber penghasilan utamanya mengatakan, bahwa seiring berjalannya waktu tingkat kebutuhan terhadap anyaman bambu sudah menurun.

Kata Nur Alam, hal itu disebabkan masyarakat di pedesaan, bahkan juga di pinggiran kota, mulai beralih atau mengubah tempat tinggal dari rumah panggung menjadi rumah batu. Akan tetapi, bagi Nur Alam, produksi anyaman ini masih tetap dilakukan karena masih ada masyarakat yang membutuhkan.

Pengrajin gamacca anyaman bambu di Desa Sawakung, Kecamatan Galesong Selatan, Takalar

Kecuali, jelas Nur Alam, jika suatu saat masyarakat sudah tidak membutuhkan, maka anyaman ini akan ditinggalkan dan perlahan-lahan punah.

“Nah kita kalau tidak adami yang butuh untuk apa lagi dibikin dan pasti akan punah karena sudah tidak ada lagi yang tau bikin,” cerita Nur Alam saat ditemui di bawah kolong rumah panggungnya di Desa Sawakung, Rabu (30/1/2019).

Setiap hari, Nur Alam mampu meproduksi gamacca 2 hingga 3 lembar dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 2,5 meter. Dia menjual gamacca buatannya cukup Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per lembar.

Selain untuk kebutuhan rumah panggung, gamacca buatan Nur Alam juga banyak dipesan untuk kebutuhan pembuatan kandang ternak, seperti ayam dan itik.

Produk gamacca dari Desa Sawakung, kata Nur Alam, kerap dikirim ke berbagai daerah di Sulawesi Selatan, terjauh bisa sampai ke Papua.(*)

Gamacca siap digunakan

Rumah panggung berdinding gamacca

Reporter: Dila/Gosulsel.com