Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo saat menggelar press release di Mapolrestabes Makassar, Jalan Ahmad Yani, Kota Makassar, Selasa (5/2/2019).

Kapoltabes Makassar: Pelaku Pembunuhan Taruna ATKP Kemungkinan Bertambah

Selasa, 05 Februari 2019 | 20:12 Wita - Editor: Irwan AR - Reporter: Jusrianto - Go Cakrawala

MAKASSAR,GOSULSEL.COM — Pelaku penaniayan yang menyebabkan Seorang Taruna Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar, Aldama (19) ditemukan meninggal dunia dengan luka lebam dibadan di Kampusnya, Senin (4/2/2019) kemarin, membuat seorang seniornya ditahan Polisi.

Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo saat menggelar press release di Mapolrestabes Makassar, Jalan Ahmad Yani, Kota Makassar, Selasa (5/2/2019), mengungkapkan pihaknya sudah mmeriksa sejumlah saksi dan berkemungkinan para tersangka akan bertambah.

pt-vale-indonesia

“Pelakunya merupakan seniornya sendiri. Dia adalah Muhammad Rusdi (21) sudah ada 22 orang saksi kita periksa. Dan tidak menutup kemungkinan bakal tersangka lain,” jelasnya.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Pelaku diancam pasal 338 KUHP dan atau 351 ayat (3) KUHPidana ancaman hukuman 7 tahun dan maksimal 15 tahun penjara.

Sebelumnya, Seorang Taruna Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar, Aldama (19) ditemukan meninggal dunia dengan luka lebam dibadan di Kampusnya, Senin (4/2/2019) kemarin.

Sebelumnya orang tua Aldama, Pelda Daniel mengatakan, dari informasi teman-teman almarhum,anaknya sering dianiya seniornya.

“Dari informasi teman-temannya, ia dipukuli oleh seniornya. Anak saya sering curhat. Katanya setiap hari anak saya dipukuli oleh senior-seniornya di dalam,” ungkap Pelda Daniel.

Tapi yang membiat Daniel heran, anaknya tersebut tidak pernah melaporkan kepada dirinya terkait dengan pemukulan yang sedang dialaminay

“Saya heran kenapa anak saya ini tidak cerita sama saya,” tambahnya.

Menurut Daniel, Aldama sering dipanggil oleh senior-seniornya karena Aldama merupakan ketua tingkat di dalam kelasnya.

“Bahkan saat teman kelasnya melakukan kesalahan, anak saya yang menanggung akibatnya. Setiap temannya di dapat merokok atau belanja pasti anak saya yang tanggung akibatnya,” bebernya.

Kata Daniel, Aldama juga pernah bercerita kepada seorang temannya. Dimana Aldama pernah dikeroyok oleh teman-temannya.

“Dia dikeroyok oleh teman-temannya. Parahnya, senior-seniornya hanya menonton saat anak saya ini dipukuli,” curhatnya.

Ia pun menyayangkan sikap anaknya yang tidak menceritakan kekerasan yang dialami selama menempuh pendidikan di Kampus tersebut.

“Kalau anak saya melapor kepada saya. Saya pasti masuk ke dalan kampus melaporkan kejadian itu. Tapi, dia tidka pernah cerita dengan apa yang dialaminya,” pungkasnya.(*)


BACA JUGA