Ilustrasi partai
Ilustrasi
#

Ketimbang APK, Biaya Konsumsi Lebih Menguras Dana Caleg Hanura

Senin, 11 Februari 2019 | 19:54 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Calon anggota legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar dari Partai Hanura kompak mengakui, bahwa biaya konsumsi saat sosialisasi dan kampanye cukup menguras anggaran politik.

Hal ini diakui oleh dua Caleg petahana Hanura, yakni Ketua DPC Hanura Makassar HM. Yunus HJ dan Amirullah Jaya.

pt-vale-indonesia

Yunus mengaku, bahwa pembelian konsumsi untuk konstituen membutuhkan anggaran lebih banyak dibandingkan produksi alat peraga kampanye. Apalagi bagi tim yang bekerja maksimal, menurut Yunus butuh uang transport.

“Paling banyak itu konsumsi, pertemuan-pertemuan, dan sosialisasi itu yang banyak makan biaya. Juga transportnya tim-tim toh. Tapi lebih banyak memang konsumsi,” kata Yunus, Senin (11/2/2019).

Sementara APK tidak terlalu banyak menguras anggaran. Menurut Yunus, produksi APK juga cukup dibatasi oleh KPU. Sehingga memang tidak perlu dikhawatirkan menguras anggaran yang cukup banyak.

“Tetap ada (penggunaan dana untuk baliho) tapi tidak seperti mi dulu. Itu baliho, kita cetak harganya 50.000. Tapi ongkos pasangnya itu Rp.500.000 sama untuk jaga baliho supaya tidak dibuka,” ujarnya.

Dia menjelaskan secara detil, sedikit atau banyaknya dana konsumsi tergantung jumlah konstituen yang diundang pada setiap pertemuan. Namun dia memastikan konsumsi lebih banyak menguras dana saat berkampanye.

“Tergantung kalau kita mengundang 100 orang kali meko. Kalau kita undang 100 orang untuk sosialisasi, kali 30.000. Kemudian tendanya, kemudian kursi, itu ji saja yang banyak menguras anggaran,” tandasnya.

Hal senada dikatakan Amirullah Jaya. Dia menuturkan, anggaran konsumsi itu tidak bisa dinafikan, dan nominalnya cukup banyak. “Karena kita ketemu dengan konstituen itu butuh konsumsi,” ujarnya.

Untuk APK sendiri, Amirullah Jaya mengaku tidak membuat baliho dan APK lainnya untuk bersosialisasi. Dia mengaku cukup masif menemui konstituen.

“Pertimbangannya kan kalau ada baliho takutnya nanti kita melanggar. Karena kan ada tim-tim yang memasang baliho dan kita instruksikan pasang di tempat yang tidak melanggar tapi kadang dipasang di pohon, di jalan utama,” ujarnya.

Untuk itu Amirullah memilih menggunakan metode sosialisasi dengan langsung bertemu masyarakat dan door to door. Pertemuan dengan masyarakat ini yang butuh banyak dana. Sebab Amirullah harus menyediakan konsumsi. “Maka lebih baik dana pembuatan baliho kita alihkan ke konsumsi,” bebernya.(*)