
Meski Gurih dan Segarnya Sama, Penjual Tak Sudi Samakan Es Dawet Dengan Cendol
MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Yoki kerap berjualan di sepanjang jalan Daeng Tata, Kota Makassar, menjajakan Es Dawet Ayu Banjarnegara dengan harga Rp.5.000 segelas.
Pembelinya dari berbagai kalangan, ada mahasiswa, pengendara mobil dan motor, juga anak-anak dan orang tua.

Penghasilan per hari, kata lelaki remaja itu, bergantung pada cuaca kota Daeng. Bila sedang terik-teriknya, kata Yoki, es dawet jualannya bisa ludes cepat.
Namun sebaliknya, bila sedang mendung, terlebih hujan, jajanannya bisa mengendap di gerobak saja.
“Harganya 5 ribu satu gelas. Kalau cuacanya panas yah lumayan. Kalau cuacanya mendung, payah ini kak,” keluh Yoki.

es dawet ayu di Jalan Dg Tata Makassar
Yoki pindah ke Makassar dari Medan sejak 2018 lalu, di Medan, dia juga menjual es dawet. “Dulu jualan di Medan. Setelah idul fitri kemarin jualan kesini, pindah ke Makassar,” ungkapnya kepada Gosulsel.com, Rabu (27/2/2019).
Kata Yoki, di kota Makassar ini, orang-orang menyamakan es dawet dengan es cendol. Padahal, ada perbedaan mendasar menurut Yoki.
Mengenai es dawet, terang Yoki, minuman ini terbuat dari tepung beras ataupun beras ketan, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan kelapa.
“Kalau orang di sini katanya cendol tapi kalau di Jawa dibilang es dawet,” ujarnya.
Soal rasa, Yoki jamin es dawet yang Ia jual adalah yang nomor satu. Ha itu Yoki katakan, sebab memang ketenaran Es Dawet Ayu, tak ada yang menandingi.(*)