Dr. H. Abdul Wahid, M.A, Mubaligh dan Dosen UIN Alauddin Makassar

Ternyata Inilah Penyebab Batalnya Pahala Puasa

Selasa, 14 Mei 2019 | 14:30 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Dari aspek teologis hukum berpuasa ramadhan bagi kaum muslimin yang sudah akil baligh adalah wajib. Hal ini didasari oleh firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]:183).

Ibadah puasa bukanlah sekadar pertandingan menahan lapar dan haus semata, namun lebih dari itu ibadah puasa pada hakikatnya adalah “kemampuan menahan dan mengendalikan diri” dari seluruh perbuatan negatif dan tidak terpuji lainnya. Selama ini banyak kaum muslimin terjebak hanya berpuasa dengan menahan diri dari makan dan minum di siang hari Ramadhn dan atau berhubungan badan bagi suami istri di siang hari, hingga mereka lupa bahwa hakikat puasa tidaklah demikian.

pt-vale-indonesia

Rasulullah SAW. seribu empat ratus tahun yang silam pernah berpesan, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan pahala dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. At Thabrani).

Dari hadis ini menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berpuasa memperoleh pahala dan manfaat dari ibadah puasa yang ia lakukan. Karena itu, saya kira penting untuk kita ketahui apa saja hal-hal yang dapat membatalkan pahala ibadah puasa kita, diantaranya:

1. Berkata dusta (berbohong) 

Saat ini termasuk mahluk yang paling langka bahkan mungkin hampir punah di Indonesia yakni “mencari orang yang tidak suka berbohong atau mencari orang jujur”. Kebohongan saat ini seakan sulit dibendung dan dihindari, ironisnya yang suka melakukan kebohongan ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tapi para oknum elite dari bangsa kita, sehingga masyarakat kita hilang akan sosok keteladanan dari mereka. Maka tidak berlebihan kita katakan di Indonesia saat ini kita tidak kekurangan orang pintar, tapi kita krisis orang jujur (yang tidak suka bohong).

Ibadah puasa tergolong ke dalam ibadah rahasia (sirriyah), hanya kita dengan Allah yang tahu, beda dengan ibadah-ibadah lainnya seperti salat, zakat dan seterusnya. Namun demikian walaupun ibadah puasa sifatnya rahasia, tapi tak seorangpun diantara kita selaku umat Islam yang sedang berpuasa berani untuk sembunyi-sembunyi makan dan minum walaupun sedikit, karena dalam hati kita ada keyakinan bahwa walaupun tidak ada seorangpun yang melihat apa yang kita perbuat, tapi yakinlah bahwa Allah Maha Menyaksikan dan Maha Mendengar. 

Dari keyakinan ini kemudian, efek dari ibadah puasa adalah menjauhkan diri kita dari ucapan yang tidak sebenarnya (berbohong). Dalam kaitannya dengan ini Rasulullah saw. bersabda, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari). 

2. Berkata rofats (kata-kata porno)

Dalam ibadah puasa seseorang muslim tidak dibenarkan berkata-kata porno dan perkataan kotor lainnya, sebab perkataan yang demikian dapat membuat ibadah puasa seorang muslim menjadi sia-sia (batal pahalanya di sisi Allah SWT). Sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadis berikut; Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Perkataan yang sia-sia apalagi menjurus kepada perkataan pornografi pun tidak layak dilakukan seorang muslim yang sedang berpuasa, sebab hal ini bertentangan dengan karakter dan etika seorang muslim. Bagi seorang muslim justru sebaliknya yakni perkataan yang ia ucapkan adalah yang dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain.

3. Melakukan maksiat  

Puasa adalah sebuah sarana terapi jasmani dan rohani bagi seorang muslim. Terapi jasmani terlihat dalam ibadah puasa adanya pengaturan pola makan seorang muslim yang sangat luar biasa, misalnya kita hanya boleh makan dan minum mulai pada waktu magrib hingga sebelum waktu fajar. Dari pola makan seperti ini paling tidak akan melahirkan kesehatan jasmani kepada seorang muslim yang memang selama ini, dari makanan dan minuman merupakan sumber dari segala macam penyakit. 

Selanjutnya puasa adalah merupakan terapi rohani bagi seorang muslim, artinya jika seorang muslim yang sedang berpuasa dilarang untuk makan dan minum di siang hari Ramadan walaupun itu makanan dan minumannya halal, hingga waktu magrib tiba, memberikan pesan bahwa dalam masalah yang halal saja kita bisa kendalikan diri, apa lagi dalam masalah yang diharamkan. Begitu juga dalam kasus yang lain misalnya bagi kita yang sedang berpuasa maka dilarang melakukan hubungan suami istri di siang hari Ramadan walaupun itu pasangan suami istri yang sah, hingga tiba malam hari, hal ini menunjukkan kepada kita bahwa bagi pasangan yang halal saja kita bisa mengendalikan syahwat, apalagi kepada pasangan yang haram.

Untuk itulah semoga kita dapat menjauhkan diri minimal dari ketiga hal di atas, agar seluruh rangkaian ibadah puasa kita dapat ganjaran pahala dari Allah SWT.(*)