Dr. Abd. Wahid

Membaca Al-Qur’an atau Mendengarkan Ceramah?

Jumat, 17 Mei 2019 | 11:01 Wita - Editor: Irwan AR - Reporter: Citizen Reporter

Dr. H. Abdul Wahid, M.A.
Muballigh dan Dosen UIN Alauddin Makassar

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Pada setiap datang bulan suci ramadhan, maka salah satu pemandangan yang sering kita saksikan di dalam masjid khususnya adalah banyaknya jamaah yang membaca al-Qur’an pada saat ceramah sedang berlangsung.

Perbuatan seperti ini tentu tidak hanya akan mengganggu orang-orang di sekitar kita; tapi lebih dari itu dapat menganggu konsentrasi penceramah, karena itu sikap seperti ini kurang etis. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sebaik-baik orang mukmin adalah yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim).

Membaca al-Qur’an tentu tidak dilarang malah dianjurkan apalagi di bulan ramadhan, tapi jangan dilakukan pada saat ceramah sedang berlangsung. Membaca al-Qur’an pada saat ceramah sedang berlangsung bisa dikategorikan bentuk akhlak yang tidak terpuji (kurang baik), sebab ini terkesan jamaah tidak menghargai para penceramah dan menganggap bahwa mendengar ceramah itu tidak penting. Sikap seperti ini justru bertentangan dengan spirit akhlak Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. sebab misi utama beliau diutus ke bumi ini adalah untuk memperbaiki akhlak manusia.

Bulan ramdhan disebut sebagai bulan al-Qur’an, (bulan turunnya al-Qur’an), karena itu, salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan di bulan ramadhan adalah membaca al-Qur’an. Namun demikian tidak berarti kita kesampingkan akhlak dalam membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya.

Tidak heran jika membaca al-Qur’an adalah salah satu perbuatan mulia dan sangat dianjurkan oleh Nabi saw. Hal ini paling tidak berdasar dari salah satu pesan Nabi saw. “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Muslim).

Mendengar ceramah adalah salah satu cara untuk belajar tentang agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis, karena itu sudah seharusnya kita selaku umat Islam, bersungguh-sungguh menyimak suatu ceramah, agar kita mendapatkan tambahan ilmu. Setelah kita dapatkan ilmu, kemudian kita sampaikan (ajarkan) kepada orang lain, maka dengan sikap yang demikian ini kita telah layak diberi predikat “manusia terbaik”, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas.

Ketika kita cuek (acuh tak acuh) pada saat ceramah sedang berlangsung, maka dapat dipastikan kita tidak mendapatkan tambahan ilmu dari ceramah tersebut, padahal menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim sepanjang hayatnya.

Dari sini kemudian semakin jelas bahwa, apabila sedang berlangsung ceramah, maka sikap kita yang tepat adalah jangan membaca al-Qur’an dan atau melakukan kegiatan lainnya, karena dampaknya tidak hanya mengakibatkan kita nantinya tidak faham terhadap apa yang diceramahkan para muballigh; tapi lebih dari itu, para penceramah merasa seakan-akan mereka tidak dihargai keberadaannya, sehingga dapat menciptakan hubungan antar penceramah dan jamaah menjadi kurang baik.

Kasus ini, jauh sebelumnya telah ditegaskan oleh al-Qur’an, “Dan apabila dibacakan al-Qur’an kepadamu, maka dengarkanlah, dan diam, agar kalian mendapatkan rahmat”. (QS. al-A’raf: 204).

Kehadiran penceramah di masjid kita diibaratkan seperti seorang tamu yang sedang berkunjung ke rumah kita, maka jadilah tuan rumah yang baik. Islam memerintahkan umatnya agar memperlakukan tamu sebaik-baiknya, sebab salah satu ukuran kesempurnaan iman seorang muslim adalah jika ia sanggup memuliakan tamunya, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya, “ (HR. Bukhari).

Membaca al-Qur’an dalam bulan ramadhan khususnya hukumnya sunnah (dianjurkan), sementara menghormati tamu atau orang lain hukumnya wajib. Karena itu, jangan sampai kita melakukan ibadah sunnah, namun di sisi lain kita melanggar ibadah yang wajib.

Mendahulukan akhlak jauh lebih utama dari pada ibadah, sebab hampir semua ibadah dalam Islam selalu terdapat pesan-pesan moral (akhlak) yang harus diketahui dan diamalkan oleh umat Islam. Dengan kata lain, kemuliaan seorang muslim adalah apabila ia sanggup memadukan antara semangat beribadah dan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT. menerima seluruh rangkaian amaliah ramadhan kita tahun ini.(*)