#OPINI
Silaturahmi Dengan Jalan Kaki, Penting Dibudayakan
GOSULSEL.COM – Pada umumnya, setiap kampung memiliki ciri khas dalam melangsungkan rutinitas kehidupan. Salah satu yang unik ketika seseorang berpergian disuatu tempat dengan berjalan kaki. Uniknya ketika seseorang berjalan dengan sendirian atau berombongan.
Moment lebaran atau hari raya merupakan salah satu alasan sesorang bersilaturahmi dengan jalan kaki. Biasa kita jumpai ditempat-tempat tertentu seseorang berkunjung kerumah keluarga katakanlah pedesaan.
Desa pada umumnya yang belum maju pada tataran infrastruktur atau akses jalan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa seseorang bersilaturahmi dengan berjalan kaki. Ada yang memiliki kendaraan, akan tetapi kendaraan yang ada dinilai belum mampu menjadi fasilitas kebutuhan.
Bukan hanya persoalan akses jalan, namun kebiasaan jalan kaki memang salah satu ciri khas orang desa. Jalan kaki dijalan raya atau pada saat berkunjung ditempat kerja atau kebun.
Dalam penelitian, sesorang yang sering jalan kaki dapat melancarkan peredaran darah atau memperkuat sendi pada otot. Itulah sebabnya mengapa hari ini masih sering kita jumpai orang tua yang memiliki umur panjang. Sebab, orang yang hidup diera sembilan puluhan kebawah sering olahraga dengan cara berjalan kaki.
Masih banyak lagi kemanfaatan dari kebiasaan jalan kaki. Kembali pada topik awal bahwa silaturahmi dengan jalan kaki apakah sendiri atau barombongan merupakan tradisi yang penting untuk dirawat.
Sebab kebiasaan Jalan kaki ini perlahan-lahan sudah mulai terkikis akibat kemajuan alat transportasi kendaraan seperti motor dan mobil. Seseorang yang sudah memiliki kendaraan tentu lebih memilih memanfaatkan kendaraan dibandingkan jalan kaki. Kalau dilihat berdasarkan asas kebutuhan, hal ini akan menjadi pilihan hidup. Bukan berarti menafikan kemajuan alat transportasi yang sudah kita miliki.
Setiap saya dikampung lalu melihat seseorang berjalan kaki seolah-olah mengingatkan saya pada orang tua yang hidup sebelum modern. Bahwa inilah kebiasaan yang penting untuk dirawat.
Saya pernah merasakan bagaimana suka dukanya jalan kaki, apalagi harus berjalan dengan waktu dan jarak tempuh yang sangat jauh yah kurang lebih 10 km.
Sejak usia kurang lebih 12 tahun kira-kira pada tahun 2005 jalan kaki di desa saya masih sering terjadi. Berkunjung ke rumah-rumah keluarga pada moment lebaran dengan jalan kaki.
Jalan kaki dengan rombongan terasa berada diatas keramaian, bayangkan ketika berjalan dengan berbagai cengkraman dan candaan yang dapat menghibur diri sampai akhirnya tiba ditempat tujuan.
Menyenangkan, ini merupakan moment yang sangat langkah kita bisa jumpai diera modern ini. Terasa bahwa jalan kaki sudah merupakan ketinggalan zaman, kurang maju, bahkan kampungan, itulah pandangan kita sekarang namun itulah kemajuan zaman.
Kemajuan zaman akan memperkikis tradisi atau budaya lokal yang kita miliki. Kalau saudara pernah merasakan jalan kaki dengan waktu dan jarak begitu jauh apakah rombongan atau sendiri, coba bayangkan keindahan yang pernah anda lakukan sejak itu.
Selamat hari raya Idul Fitri 1440 H
Oleh, Muh Ikhwan
Alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar