Tenggara Strategics menggelar diskusi publik bertema 'Manfaat Ekonomi Digital' yang berlangsung di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Selasa (6/8/2019)

Kontribusi Grab Capai Rp4,2 T Terhadap Ekonomi Makassar

Selasa, 06 Agustus 2019 | 22:31 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Kontribusi Grab terhadap perekonomian Kota Makassar pada tahun 2018 mencapai Rp4,2 triliun. Angka tersebut berdasarkan hasil riset yang dilakukan Tenggara Strategics dan Centre for International and Strategic Studies (CSIS).

“Angka kontribusi ekonomi diestimasi dari survey terhadap 658 responden yang dilakukan dari November hingga Desember 2018 terhadap mereka yang diperoleh melalui platform Grab,” ujar ekonom Tenggara Strategics, Stella Kusumawardhani, pada diskusi publik bertema ‘Manfaat Ekonomi Digital’ yang digelar di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Selasa (6/8/2019).

Tenggara Strategics dan CSIS memperkirakan bahwa GrabCar, kontributor terbesar, memberikan kontribusi Rp1,92 triliun dari Rp4,2 triliun. Kontributor kedua terbesar memberikan kontribusi yang tidak jauh berbeda, yaitu GrabBike dengan Rp1,85 triliun. Selanjutnya adalah GrabFood dengan kontribusi sebesar Rp379 miliar. Selanjutnya, Kudo melalui jaringan agennya menciptakan kontribusi ekonomi sebesar Rp43 miliar.

“Penelitian tersebut dilakukan di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan. Dari analisis di kelima kota tersebut, ditemukan bahwa mitra Grab menyumbang sekitar Rp48,9 triliun untuk ekonomi Indonesia pada tahun 2018,” paparnya.

Direktur Eksekutif Tenggara Strategics, Riyadi Suparno mengatakan, “Hasil studi surplus konsumen Grab dan survei mitra Grab menunjukkan bahwa manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan teknologi ini jauh lebih besar dari yang kita sangka, baik untuk konsumen dan mitra. Perlu studi-studi sejenis untuk mengukur manfaat kehadiran perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2011-2014, Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi digital sangat pesat. Hal tersebut terlihat dari perkembangan platform-platform di Indonesia yang sering disebut unicorn.

“Kalau beberapa waktu lalu Presiden Jokowi mempunyai target $130 miliar. Kalo estimasi dari studi grab kan Rp49 triliun. Itu baru grab saja. Mungkin ini tanda bahwa ke depan estimasinya sih 5 tahun ke depan bisa mnencapai $100 miliar dan kira2 40% itu dari e-commerce atau penjualan ritel online,” ungkapnya.

Lanjutnya, masih ada tantangan yang perlu dihadapi yaitu belum meratanya akses internet di Indonesia.

“Kalau kita lihat angka di Indonesia, penetrasi internet itu, jadi orang yang sudah akses ke internet itu sekitar 40% jadi masih ada 60% yang belum bisa akses internet. Dari segi konektivitas padatnya di Jawa Sumatera. Kita ke Indonesia Timur sangat sedikit. Ini bagian dari tugas pemerintah untuk bisa mendapat manfaat digital ekonomi yang lebih merata,” pungkasnya.(*)