FOTO: Peserta dialog anak bangsa bertajuk "Merajut Harmonisasi Hubungan Anak Bangsa Dalam Bingkai NKRI dan Menolak Rasisme"/Selasa, 17 September 2019/Ist

Lensa Demokrasi dan PPT IMIKI UIN Ajak Pemuda di Makassar Tolak Isu Rasisme

Rabu, 18 September 2019 | 07:45 Wita - Editor: Muhammad Fardi - Reporter: Dila Bahar - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Semua elemen masyarakat harus bisa menjaga solidaritas dengan menjauhi atau menolak segala upaya yang bisa mengancam integritas NKRI.

Sehingga, pemerintah juga harus lebih serius menjaga kemananan dan hubungan sosial yang damai di masyarakat.

pt-vale-indonesia

Hal ini disampaikan Direktur Komunikasi Lensa Demokrasi, Nirwan Dessibali dalam diskusi anak bangsa dengan tema “Merajut Harmonisasi Hubungan Anak Bangsa Dalam Bingkai NKRI dan Menolak Rasisme”.

Kegiatan ini dilaksanakan Lensa Demokrasi bersama Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) PPT UIN Alauddin Makassar, di Hotel Trisula, Jalan Boulevard, Makassar, Selasa (17/9/2019).

Dialog ini juga hadiri Dekan Fisipol Unibos Makassar, Dr Arief Wicaksono dan Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulsel, Dr. Ir. Yonggris Lao, MM sebagai pembicara. Kegiatan ini dipandu aktivis HMI Makassar, Irwan AR.

Dihadapan ratusan mahasiswa dan pemuda dari berbagai daerah di Sulsel, Nirwan mengatakan, rasisme merupakan isu global yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara Eropa dan Amerika Latin.

Sehingga, jelas Nirwan, perlu langkah serius dari semua stekholder termasuk generasi muda untuk meminimalisir tindakan rasisme.

“Tiap hari, rasisme kita dapatkan di lingkungan kita sendiri, jadi perlu upaya untuk membangun gerakan besar apalagi kita tergabung dalam berbagai kampus dan organisasi. Rasisme merupakan isu sensistif, karena dapat menimbulkan korban jiwa,” kata Nirwan saat memaparkan materi.

“Masyarakat tidak boleh terpancing dengan isu-isu rasisme termasuk isu yang terjadi di Papua. Pemerintah juga harus lebih serius menjaga kemananan dan hubungan sosial yang damai di Masyarakat,” harapnya.

Sementara itu, Ketua Permabudhi Sulsel, Dr Yonggris membedah, jika persoalan rasisme yang terjadi belakangan ini bisa saja didasari dua motif yaitu rasa iri dan benci.

Rasisme bermotif iri, kata Yonggris, bisa disebabkan karena orang atau komunitas tersebut lebih maju, sehingga muncul keninginan untuk menjatuhkan orang atau kelompok tersebut.

Sementara motif benci, jelas Yonggris, lebih kepada ketidak sukaan, atau tidak mendukung apa yang orang lakukan, sehingga dengan sengaja menebar kebencian dalam bentuk rasis. Hal ini bertujuan menimbulkan perang.

“Saya sangat berharap, kita-kitalah yang memulai budaya damai, jangan sampai ada saudara kita yang mengalami tindakan rasisme. Kita bisa tinggal bersama apabila kita punya budaya damai, dan mari kita bangun bersama-sama” pintanya.

Hal senada, juga diungkapkan Dekan Fisipol Unibos Makassar, Dr Arief Wicaksono. Menurutnya, Dinamika sosial yang terjadi belakangan ini, bisa disikapi dengan melanjutkan pondasi atau dasar-dasar bernegara yang telah terbentuk.

“Tidak seperti konsep sekarang, orang sudah melewetai masa posmodernisasi. Sehingga apa yng orang papua rasakan tidak sama yang dirasakan oleh orang-orang di Sulawesi Selatan, Jawa, dan Sumatera,” ucapnya.

Dialog anak bangsa ini diakhiri dengan deklarasi seruan menolak tidakan dan pernyataan rasisme karena dapat mengganggu hubungan harmonis antar masyarakat yang selama ini sudah terjalin baik.(*)


BACA JUGA