FOTO: Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan menandatangi dan menyerahkan SK persetujuan pasangan calon Bupati dan wakil Bupati, Chaidir Syam - Suhartina Bohari untuk Pilkada Maros/Kamis, 21 November 2019/Ist
#

Menakar Plus Minus Pasangan Chaidir-Suhartina

Selasa, 26 November 2019 | 15:19 Wita - Editor: Muhammad Fardi - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM – Partai Amanat Nasional (PAN) resmi merekomendasikan pasangan Chaidir Syam-Suhartina Bohari di Pilkada Maros 2020 mendatang. Rekomendasi pasangan duo kader PAN itu berdasarkan Surat Keputusan DPP PAN yang diteken Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jendral Edy Soeparno.

Lantas bagaimana peta plus minus kekuatan Chaidir – Suhartina?

pt-vale-indonesia

Manager strategi dan pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy yang dimintai analisanya merunut, pasangan Chaidir Syam-Suhartina Bohari bisa dikatakan merepresentasikan kekuatan PAN seutuhnya di Maros.

FOTO: Manager strategi dan pemenangan Jaringan Suara Indonesia, Nursandy/Ist

Menurutnya, surat Keputusan dari DPP PAN yang ada digenggaman Chaidir Syam-Suhartina Bohari menegaskan bahwa PAN ingin memperpanjang dominasi di Pilkada Maros 2020 setelah sebelumnya juga dimenangkan oleh PAN.

“Chaidir Syam-Suhartina Bohari bisa dikatakan pasangan yang tak hanya klop tapi juga top. Keduanya figur muda populer yang memiliki investasi sosial politik yang mengakar di Maros,” kata Nursandy, Selasa (26/11/2019).

Chaidir Syam pernah menjabat sebagai ketua DPRD Maros dan hingga kini berstatus Wakil Ketua DPRD Maros. Sementara Suhartina adalah mantan anggota DPRD Maros selama dua periode. Masing-masing punya basis konstituen karena sebelumnya terpilih dari Dapil yang berbeda.

“Tak hanya itu, keduanya dikenal memiliki kedekatan dengan Hatta Rahman, Bupati Maros saat ini. Sehingga pasangan ini potensial mensolidkan loyalis Hatta Rahman sebagai kekuatan elektoralnya,” ungkap Sandy.

Akan tetapi, pasangan Chaidir – Suhartina tak sepenuhnya aman. Dia harus bekerja keras membangun koalisi. Kursi PAN tak cukup mengusung satu pasangan calon di Pilkada Maros.

“Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, pasangan ini masih perlu memperkuat diri dan membangun koalisi. Mengingat PAN hanya mengontrol 6 kursi di DPRD Maros minus 1 kursi untuk melengkapi syarat dukungan,” tandasnya.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Priyanto menilai Chaidir-Suhartina telah mendeklarasikan sebagai pasangan resmi, dengan merebut rekomendasi PAN.

Pengamat Politik dan Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto

“PAN merupakan partai pemilik kursi terbesar di DPRD, meskipun tidak cukup untuk mengusung pasangan calon sendiri. Momentumnya tepat. Ini juga menggambarkan kesiapan untuk berkontestasi. Setidaknya, Chaidir-Suhartina telah memimpin tahapan kandidasi, pada saat bakal calon yang lain masih bergerilya merebut dukungan partai politik dan mencari calon pasangan,” ucapnya.

Meskipun demikian, pasangan ini tidak boleh cepat terlena juga. Pengalaman di berbagai tempat, kalau tidak segera mencukupkan syarat dukungan partai politik, maka trend elektabilitas cenderung menurun. Sehingga bongkar pasangan memungkinkan terjadi.

“Ada plus-minus dari pasangan Chaidir-Suhartina ini. Terutama karena mereka sebenarnya berasal dari basis politik yang sama. Plusnya adalah mereka adalah pasangan yang sah melegitimasi diri sebagai suksesor bupati incumbent, Hatta Rahman. Artinya gerbong dan Infrastruktur politik petahana sangat mungkin solid untuk bekerja bagi pasangan ini. Termasuk di dalamnya mesin birokrasi dan Ormas. Konsolidasi basis politik internal relatif mudah terjadi,” ungkap Luhur.

Minusnya, lanjut dia adalah karena pasangan Chaidir-Suhartina ini berasal dari basis politik yang relatif sama, maka upaya perluasan dukungan dari kekuatan eksternal menjadi sulit di lakukan.

“Terutama dari pihak yang selama ini berstatus sebagai penantang atau oposisi kekuasaan Hatta Rahman. Pasangan ini akan menghadapi lawan serius jika kekuatan penantang itu bisa solid dan terkonsolidasi, mengusung satu pasangan calon lawan. Sesuatu yang sebenarnya sulit terjadi,” demikian Luhur.(*)