Belajar Sukses Kontestasi Politik Dari Legislator Muchlis A Misbah
MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Politisi yang tidak pernah patah semangat salah satunya adalah Muchlis A Misbah, kader Hanura yang saat ini duduk di DPRD Makassar melalui Daerah Pemilihan (Dapil) I, meliputi Kecamatan Rappocini, Makassar dan Ujung Pandang pada Pileg 2019 lalu.
Selama kurang lebih 15 tahun terjun ke dunia politik, Muchlis baru pertama kali memenangkan kontestasi politik pada Pileg 2019 lalu. Dia memulai bertarung di kontestasi politik pada Pileg 2009 melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namun takdir menang saat itu belum berpihak ke dia.
Pada Pileg tahun 2014, Muchlis memang absen dari daftar Caleg di surat suara, namun bukan berarti aktifitas dalam percaturan politik terhenti. Beberapa gagasan dan ide untuk membangun Kota Makassar tetap dia salurkan meski tidak memegang posisi apa-apa di pemerintahan. Pertimbangan tak maju pada kontestasi politik tahun 2014 sangat sederhana.
“Saya fokus saat itu membesarkan bisnis yang saya bangun. Tapi kerja sosial tidak pernah terhenti, silaturahmi dengan orang-orang tetap apik,” kata Muchlis saat berbincang dengan GOSULSEL.COM di ruangan Komisi C DPRD Makassar, Selasa (21/1/2020).
Selama kurang lebih 20 tahun memperbanyak kerja sosial dan berbaur dengan masyarakat, kini sudah membuahkan hasil. Namun begitu, kerja sosial yang dilakukan Muchlis diakui bukan semata-mata karena persiapan dan teropong kontestasi politik. Kata dia, semuanya dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT untuk beramal ibadah. Berjalan, mengalir seperti air mencari dimana muara yang indah.
Bagi Muchlis, demokrasi yang semakin dewasa ini berjalan dibarengi dengan tantangan yang berat. Pada Pileg 2019 lalu misalnya, meski ada pemilih yang menginginkan calon wakil rakyat yang telah banyak berbuat dan punya gagasan visioner, tapi masih banyak pula masyarakat yang memilih dipengaruhi dengan kepentingan yang instan. Money politic misalnya.
“Kerja sosial memanglah sangat menguntungkan, tapi bukan jaminan. Karena sebagaian masyarakat masih pragmatis. Kita tidak boleh mengalah memberikan pendidikan politik. Memberikan imbauan agar masyarakat pandai melihat kandidat yang diusung, yang bisa membawa aspirasinya,” kata politisi kelahiran Pinrang, 12 November 1970 ini.
Bagi Muchlis, ikut dalam langgam kontestasi politik 2019 lalu tak hanya bersosialisasi untuk kepentingan elektoral. Lebih dari itu, dirinya tergerak untuk memberikan pendidikan politik. Melakukan gerakan open mindset untuk membuka cakrawala berpikir wajib pilih. Katanya, sangat perlu pendidikan politik untuk tetap digaungkan.
“Sangat perlu. Karena masih banyak masyarakat kita memilih karena pragmatis, yaitu memilih karena uang. Kalau ini berlangsung secara terus menerus, maka demokrasi kita akan semakin lemah dan hancur. Banyak fenomena yang memilih kandidat karena uang, bukan karena kapasitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa cara seperti ini akan membuat demokrasi diambang kehancuran,” katanya.
Olehnya, kata dia kontestan politik harus terlibat untuk menekan jumlah pemilih pragmatis. Untuk itu, sebagai kontestan, apalagi dirinya yang sudah duduk di parlemen wajib memperlihatkan kerja nyata selama satu periode ke depan.
“Cara memberika pemahaman adalah harus menjadi yang terbaik. Bahwa memilih anggota dewan yang tidak selamanya dengan pragmatis. Tapi anggota dewan yang membawa harapan, gagasan, ide serta visi dan misi yang visionerlah yang dibutuhkan rakyat selama lima tahun bahkan lebih,” tegasnya.
Itulah sebabnya, sebagai kontestan dalam percaturan politik harus mempersiapkan diri. Dia mengaku bahwa sangat simpel untuk menjadi wakil rakyat yang amanah.
“Cukup menjadi wakil rakyat yang ideal, membawa gagasan apa yang harus dilakukan untuk Kota Makassar. Memabangun kepemimpinan yang aspiratif dan partisipatif. Kita harus meyakinkan warga bahwa melalui gagasan itu kita bisa mewujudkan harapan mereka,” katanya.
Belajar Strategi Menang Muchlis A Misbah
Meski memiliki segudang ide dan gagasan jika tak menang, maka tak ada artinya. Penyampaian ide dan gagasan hanya salah satu instrumen untuk menggaet pemilih. Lebih dari itu, dalam kontestasi politik sudah menjadi rahasia umum bahwa dibutuhkan strategi politik untuk mendongkrak elektoral.
Dari sekelumit strategi yang dijalankan Muchlis, ada beberapa hal yang dia akan sampaikan secara terbuka. Hal ini yang menjadi poin utama sehingga dirinya bisa duduk di DPRD Makassar.
“Yang pertama mapping (pemetaan) pemilih. Dimana kantong-kantong suara yang biasa saya dapat, dan memang harus memperkenalkan diri kepada masyarakat dan meyakinkan harapannya,” kata Muchlis.
Kedua adalah tidak lengah berbuat baik. Selain akan menjadi nilai ibadah, secara otomatis akan menjadi penilaian tersendiri sesama manusia.
“Perbanyak berbuat baik sesama masyarakat. Memperbaiki silaturahmi, jangan pernah putus,” ungkapnya.
Salah satu dari beberapa hal yang dilakuan Muchlis selama ini adalah membantu warga dengan menyiapkan ambulance gratis. Bahkan jauh sebelum Pemkot Makassar menyiapkan home care dan ambulance gratis. Dia menyiapkan ambulance gratis pada tahun 2013 lalu.
“Dan bukan cuma digunakan untuk mengangkut jenazah, tapi juga dari rumah warga ke rumah sakit,” katanya.
Satu motivasi dan pesan yang bisa dipetik dari Muchlis untuk generasi selanjutnya. Bahwa politik adalah tempat berbuat baik.
“Kalau ingin jadi politisi yang baik, niatnya harus untuk masyarakat dan diperbaiki,” tandasnya.
Siapa Muchlis A Misbah?
Ia adalah politisi Hanura, lahir dan besar di sebuah daerah jauh dari hiruk pikuk polusi kota madya. Muchlis lahir di Pinrang, 12 November 1970.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Inpres Bungi Pinrang, dilanjutkan ke SMP Standar Duampanua Pinrang. Saat memasuki usia remaja, dia sudah hijrah di kabupaten tetangga untuk mengenyam pendidikan. Sekolah Peternakan Menengah Atas (Snakma) Kabupaten Sidrap yang dituju.
Setelah tamat Stagma, Muchlis meninggalkan Pinrang dan Sidrap. Dia hijrah ke Kota Makassar melanjutkan pendidikan di Univeristas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Jurusan Perikanan kala itu.
Tak terhenti dengan gelar sarjana saja. Muchlis melengkapi ilmunya melalui bidang pendidikan informal. Pasca lulus Jurusan Perikanan UMI, ia lalu melanglang buana lintas provinsi untuk belajar ilmu entrepreneur. Beberapa daerah yang pernah dikunjungi, yakni Jogja, Jakarta, Makassar dan beberapa daerah lain di Pulau Jawa.
“Saya juga banyak mengikuti workshop,” katanya.
Kenapa banyak belajar entrepreneur? Alasan Muchlis karena banyak pengangguran yang disebabkan karena keinginan setelah selesai kuliah nyaris semua sama, yakni mencari pekerjaan. Sangat jarang yang berusaha menciptakan lapangan pekerjaan. Olehnya, melalui Entrepreneur University (EU) sebuah lembaga pendidikan informal ia banyak belajar entrepreneur.
Muchlis adalah penasehat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Makassar. Ia juga adalah jebolan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Sejak tahun 1989 menginjakkan kaki dan menetap di Makassar. Saat itu dia masih mahasiswa dan hingga kini dia banyak berkarir dan mengabdi di Makassar.
Muchlis juga merupakan seorang pengusaha yang telah menciptakan lapangan kerja. Tak salah banyak belajar entrepreneur, kini ia sudah mempekerjakan beberapa karyawan. Muchlis adalah pemilik Apotik MM dan Owner Bebek Goyang Sulawesi atau Begos.(*)