Laboratorium Hubungan Internasional (HI) Departemen Ilmu HI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar diskusi film "Parasite: Potret Kesenjangan Sosial". Kegiatan yang membahas soal marxisme dan kapitalisme dalam film tersebut digelar di Ruang Rapat Senat, Lantai 3 FISIP Unhas, Jumat (28/02/2020).

Gegara Film Parasite, Laboratorium HI Unhas Gelar Diskusi Soal Marxisme dan Kapitalisme

Sabtu, 29 Februari 2020 | 14:06 Wita - Editor: Dilla Bahar -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Laboratorium Hubungan Internasional (HI) Departemen Ilmu HI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar diskusi film “Parasite: Potret Kesenjangan Sosial”. Kegiatan yang membahas soal marxisme dan kapitalisme dalam film tersebut digelar di Ruang Rapat Senat, Lantai 3 FISIP Unhas, Jumat (28/02/2020).

Perwakilan Laboratorium HI, Aswin Baharuddin menjelaskan jika diskusi tersebut merupakan ajang bagi mahasiswa untuk membahas isu-isu terkini. Ide dan topik diskusi berasal dari mahasiswa, dan pihak Lab HI bertindak sebagai fasilitator.

pt-vale-indonesia

“Di Lab HI Unhas, ada beberapa aktivitas yang kita lakukan. Untuk topik-topik yang menghadirkan kajian multi disiplin, kami beri nama Strategic Round Table Discussion atau Sound. Sementara untuk tema yang berasal dari mahasiswa, kami namakan Nalar. Ini adalah volume ke-4 yang kita gelar,” katanya.

Diskusi ini memang sengaja mengambil topik pembahasan seputar film Parasite. Selain telah menyabet penghargaan Oscar 2020, film ini juga dinilai mampu memperlihatkan bagaimana kesenjangan sosial itu ada dalam kehidupan ini. Salah satu pemateri, Isa Sabriani menjelaskan tentang konstruksi kesenjangan sosial digambarkan dengan apik oleh film kaya Bong Joon Ho itu.

“Menonton film ini kita kemudian bertanya-tanya, yang disebut Parasite itu siapa? Apakah orang-orang kaya yang mengeksploitasi orang miskin? Ataukah orang miskin yang cenderung menghalalkan segala cara untuk naik kelas? Ini adalah film yang berbicara tentang perjuangan kelas dalam perspektif Marx,” kata Isa, mahasiswa angkatan 2017 ini.

Sementara itu, pemateri lainnya, yakni Ayu Kartika juga membedah pesan perjuangan kelas yang sangat kental dalam film ini. Bahkan hingga dalam metafora sinematografi yang ditampilkan.

“Bagi yang sudah nonton, coba perhatikan. Sepanjang film, banyak sekali obyek tangga yang ditampilkan dalam film. Mengapa tangga yang dipilih oleh sutradara sebagai obyek yang tampil berulang-ulang? Menurut saya, pembuat film ini ingin memberi metafor bahwa hidup itu seperti anak tangga, untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, kita harus naik tangga,” jelas Ayu. (*)

*Reporter: Agung Eka