Fauzia Yusuf, pegiat UMKM asal Makassar, pemilik usaha Roomfay

Kisah 4 UMKM di Indonesia yang Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Senin, 20 April 2020 | 23:11 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Merebaknya pandemi Covid-19, menjadi pukulan keras bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tetapi hal ini bukan menjadi halangan bagi para pegiat UMKM di Indonesia untuk terus berjuang di tengah situasi yang serba tidak pasti ini.

Untuk dapat bertahan dalam masa penuh tantangan ini, pelaku usaha harus beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi lewat strategi baru. Strategi tersebut, seperti yang dilakukan oleh para social sellers di Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan yang memanfaatkan teknologi untuk menggerakkan perekonomian kotanya.

pt-vale-indonesia

Pertama yaitu apotek E-Medica, sebuah apotek yang berlokasi di Surabaya Barat. Ratno Sanjoko, pemilik apotek E-Medica ini mengaku selama pandemi Covid-19, beberapa usahanya yang lain menjadi lesu bahkan harus menutup sementara beberapa usahanya yang bergerak di bidang jasa.

“Memang selama pandemi ini beberapa usaha saya harus saya tutup sementara, tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat saya. Karena saya yakin di balik ini pasti ada yang bisa kita petik. Para karyawan saya perbantukan di apotek,” ujar Ratno.

Selama pandemi ini, ia menjelaskan bahwa gerai apotek yang ia miliki mengalami kenaikan sebanyak 60% karena banyak masyarakat yang mulai sadar akan kesehatan dan kebersihan diri mereka.

Ratno juga melihat adanya kenaikan pesanan pelanggan secara online melalui GrabExpress dimana ia sangat terbantu dengan fitur Nalangin yang dimiliki oleh GrabExpress. Di masa pandemi Covid-19 ini, terjadi peningkatan tajam pada pembelian suplemen, masker, vitamin dan hand sanitizer, terutama pembelian melalui daring.

“Biasanya pesanan melalui GrabExpress cuma tiga kali sehari, tetapi sekarang jadi bisa hampir setiap jam. Banyak pelanggan yang tidak mau keluar rumah untuk membeli barang-barang, obat atau vitamin sehingga banyak yang menggunakan GrabExpress untuk membeli dan mengirim,” kata Ratno.

Kala banyak usaha kecil mengurangi pegawainya, Ratno justru menambah tenaga kerja lepas di apoteknya karena pegawai yang ada lumayan kewalahan dalam mengurusi pesanan yang masuk.

Ratno merasa senang dan bersyukur bahwa ia masih bisa mempekerjakan karyawannya selama pandemi ini walaupun sekarang merupakan masa yang cukup sulit untuk para UKM.

“Saya punya pendirian bahwa sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bermanfaat bagi orang banyak dimana salah satunya saya wujudkan dengan menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang sekitar saya,” jelas Ratno.

Tidak hanya apotek E-Medica yang terus berjalan dan beradaptasi dengan kondisi, contoh lainnya adalah pegiat UMKM asal Makassar, Roomfay yang dikelola Fauzia Yusuf, juga terus membuka usaha penyewaan balon dan peralatan acara selama pandemi ini. Di tengah keadaan yang tidak menentu ini, bisnis yang dimiliki oleh Fauzia ternyata membantu masyarakat Makassar yang terpaksa harus mengadakan acara mereka secara online maupun tertutup.

“Pesanan memang tidak sebanyak biasanya, tapi saya tetap buka dan siap mengerjakan pesanan dari pelanggan yang masih membutuhkan jasa saya. Hingga saat ini masih lumayan banyak,” ujar Fauzia.

Ia mengaku sangat merasa terbantu dengan adanya GrabExpress dimana ia masih bisa mengantarkan pesanan pelanggannya.

“Layanan yang paling membantu adalah GrabExpress Car. Terutama di tengah pandemi ini para mitra pengantaran GrabExpress masih setia membantu bisnis-bisnis seperti saya yang tetap harus beroperasi dengan selalu siap memberikan layanan pengantaran yang terpercaya dan aman,” jelas Fauzia.

Di Bandung, salah satu pelanggan GrabExpress lainnya Fitri Saniatul Hasanah, juga merasa bersyukur karena ia masih bisa menerima pesanan selama pandemi ini. Fitri memiliki bisnis makanan yaitu Vidikitchen dimana ia awalnya khawatir bisnisnya akan terkena imbas dari situasi yang sulit ini.

“Menurut saya bisnis makanan adalah bisnis yang sangat sensitif terlepas dari adanya pandemi ini atau tidak. Jika kita lalai dalam menjaga kebersihan, nama baik brand kitalah yang menjadi taruhannya.” jelas Fitri. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk memastikan kebersihan dapur dan peralatan masaknya selama ini.

Akan tetapi saat pandemi ini menyebar di Indonesia, Fitri mengaku ia sempat berpikir untuk menutup usahanya untuk sementara waktu. “Tapi saya sadar bahwa ada orang lain yang nasibnya bergantung kepada saya, contohnya pegawai saya dan juga pengemudi GrabExpress yang membantu mengirimkan makanan untuk pelanggan saya,” ujar Fitri.

Pegiat UMKM lainnya, Qonita Azzahra juga masih menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Berdomisili di Medan, Qonita membuka usaha busana muslim bernama Qonita Project yang dulunya merupakan bisnis orang tuanya. Sejak tahun 2017, pesanan yang ia dapatkan mulai meningkat karena bantuan teknologi dimana ia memasarkan barangnya melalui beberapa marketplace. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa usahanya pun terkena imbas dari pandemi ini.

“Memang ada penurunan dari segi pesanan, tapi saya masih sangat merasa bersyukur karena masih ada orang yang tetap membeli barang yang saya jual,” ujar Qonita. Salah satu yang terus membantu bisnis Qonita tetap berjalan adalah teknologi, yaitu melalui marketplace dan GrabExpress.

Selaku Managing Director Grab Indonesia, menjelaskan “Di masa yang sulit seperti saat ini, kami sadar bahwa berhenti berusaha bukanlah jawaban. Oleh karena itu, saya sangat kagum melihat semangat yang dimiliki oleh para pegiat UMKM di Indonesia yang terus melanjutkan bisnisnya bukan hanya untuk mereka sendiri tapi juga untuk orang lain. Dengan semangat tersebut pula, kita bisa beradaptasi dengan situasi ini dan menjaga roda perekonomian Indonesia terus berputar agar bisa mengembalikan kestabilan ekonomi nantinya setelah pandemi ini berlalu.”(*)


BACA JUGA