Universitas Muslim Indonesia (UMI) melaksanakan pesantren Ramadan secara virtual hari ke-27, Rabu (20/5/2020)

UMI Gelar Pesantren Ramadan Virtual Hari ke-27

Kamis, 21 Mei 2020 | 09:28 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Universitas Muslim Indonesia (UMI) melaksanakan pesantren Ramadan secara virtual hari ke-27, Rabu (20/5/2020). Hadir Prof Dr H Basri Dalle, MS sebagai narasumber.

Hadir sebagai host Dr H M Ishaq Shamad, M.A, Dr Nurjannah Abna, M.Pd, dan sejumlah Dosen UMI Dr Surani, S.Ag,M.A, M.Ilham, M.Si, Drs H Abd Hamid Sulaiman, M.Hum serta sejumlah mahasiswa dan siswi SLTA.

pt-vale-indonesia

Dalam kesempatan tersebut, Prof Basri Dalle menjelaskan ada empat sifat dan karakter Nabi & Rasul, antara lain shiddiq atau berkata benar/jujur. Karakter ini sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia, apalagi puasa mendidik orang Islam berlaku jujur.

Selanjutnya karakter amanah atau tanggung jawab, sikap amanah yang dicontohkan Nabi Saw ketika meletakkan hajar Aswad pada tempatnya semula, setelah ka’bah diterjang banjir. Sifat ketiga, adalah fathanah, yakni cerdas, bukan hanya cerdas otaknya, tetapi juga qalbunya. Sedangkan sifat Nabi yang keempat, adalah tablig atau kemampuan berkomunikasi dengan baik, jelasnya.

Host Dr Nurjannah Abna menambahkan salah satu sifat Nabi dan Rasul, adalah bijaksana menghadapi segala sesuatu. Sikap bijaksana ini, perlu ditiru, khususnya dalam masa pandemi Covid-19 ini, tambahnya.

Sementara itu Ilham, M.Si menjelaskan pentingnya memiliki sifat Nabi, yakni mampu berkomunikasi dengan baik, terutama dalam menyampaikan pesan-pesan kepada umat, termasuk kemampuan pemimpin menyampaikan pesan yang menyejukkan di tengah kegalauan masyarakat saat ini.

“Misalnya, masih adanya yang pro-kontra terkait lebaran Idul Fitri di rumah atau di lapangan/masjid,” jelasnya.

Host Dr M Ishaq Shamad sepakat, pentingnya menguasai kemampuan berkomunikasi dengan baik, bahkan ada ungkapan, siapa yang menguasai komunikasi dan informasi, ia akan menguasai dunia atau siapa yang menguasai data, maka ia memiliki power/kekuatan dengan data itu diolah menjadi sebuah pesan yang berharga, jelasnya.

Sementara itu, Dr Surani, M.Ag melihat pentingnya menerima pesan dengan saring dulu, baru sharing. Dibutuhkan kemampuan untuk menyaring dengan baik semua informasi yang diterima untuk diseleksi dengan baik, dan jika bermanfaat, baru disebarluaskan kepada khalayak/umat. “Namun jika tidak bermanfaat/hoax, tidak perlu disebarkan,” paparnya.

Drs H Abd Hamid Sulaiman menambahkan disinilah perlunya sikap tabayun atau kemampuan untuk menganalisa semua informasi atau pesan yang diterima, sehingga apa yang dishare, adalah hanya yang bermanfaat saja.(*)