Belajar dari Petani Sukoharjo Panen 4 Kali setahun, Begini Caranya

Senin, 13 Juli 2020 | 19:03 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

SUKOHARJO, GOSULSEL.COM — Petani di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo berhasil menerapkan pola pertanian dengan Indeks Pertanaman (IP) 400. Luar biasa memang yang dilakukan petani di sana sebab mampu panen 4 kali setahun.

Perlu diketahui, IP Padi 400 merupakan pilihan yang menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi selama empat kali.

pt-vale-indonesia

Heri Sunarto, pengelola lahan yang menerapkan integrated farming sistem menyebut di lahannya ia rancang panen pada bulan-bulan yang harga dan produktivitasnya bagus.

“Kalau saya amati, panen yang harganya bagus dan provitas bagus yakni panen di bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Nah, dengan itu, artinya kami mulai tanam di bulan November, Februari Mei dan September. Kami atur saat pertanaman ini supaya pas panen nanti harganya bagus, hasilnya pun bagus,” demikian dikatakan Heri di Sukorharjo, Senin (13/7/2020).

Heri menjelaskan pada bulan Januari harga dan provitas padi sedang bagus. Lalu ke April harga masih lumayan bagus meskipun provitas tidak optimal, demikian juga bulan Juli. Di bulan Oktober nanti saat musim kemarau adalah pertanaman yang optimal jadi produksinya akan sangat bagus.

“Dalam setahun, kami tanam varietas benih padi genjah umur 70an hari dua kali tanam dan umur 90an hari dua kali tanam, sehingga setahun bisa panen 4 kali,” ucapnya.

Heri menjelaskan ada beberapa faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan IP Padi 400 tersebut, seperti penggunaan benih varietas padi sangat genjah 70-90 hari, pengelolaan sistem pertanian secara terpadu serta manajemen tanam dan panen yang efisien. Dan memang lahan di sini menerapkan integrated farming dengan meminimalisir input dari luar.

“Semua bahan sisa dimanfaatkan untuk input lain. Karena disini ada peternakan, perikanan, minapadi dan padi tadah hujan yang saling berkelanjutan proses produksinya,” tuturnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan sistem IP Padi 400 artinya petani bisa menanam dan memanen padi sebanyak empat kali dalam setahun. Caranya, yakni dengan mengefektifkan masa tanam, di mana selama tiga bulan petani harus mampu menanam padi dari mulai persemaian sampai panen.

“Tentunya ini harus didukung oleh ketersediaan suplai air, kesiapan lahan subur, dan SDM yang memadai. Ini juga menjawab menepis anggapan mustahil IP400 menjadi kenyataan, dan terbukti lancar sudah berjalan 3 tahun lebih,” ujarnya.

Menurutnya, konsep menuju zero waste yang dijalankan petani di Bendosari memakai prinsip penggunaan eksternal input diminimalisir, apa yang ada di dalam di insitunya diputar agar efisien di sisi input. Tugas mereka selanjutnya diarahkan pada pengembangan kelembagaan menjadi bentuk korporasi.

“Penerapan pertanaman dengan IP 400 berarti mengatur fluktuasi panen karena tanam padi musiman. Karena disini setahun 4 kali tanam, berarti proses produksi tidak pernah berhenti,” tandas Suwandi.(*)


BACA JUGA