Sentra budidaya serai wangi di Kabupaten Subang

Kementan Siapkan Subang sebagai Sentra Serai Wangi

Jumat, 17 Juli 2020 | 17:11 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Pandemi Covid-19 ternyata tak menyurutkan tingginya permintaan minyak serai wangi baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini menunjukkan sektor pertanian mampu bertahan, bahkan menjadi sabuk pengaman perekonomian di saat keterpurukan ekonomi global akibat wabah Corona.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian bisa menjadi sektor andalan di tengah tantangan ekonomi yang melemah. Menurutnya, pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan meningkatkan kekhawatiran akan ketersediaan sumber pangan.

pt-vale-indonesia

“Dampak corona membuat ekonomi melemah, banyak orang kehilangan pekerjaan, obatnya ada di depan mata, yaitu bertani, bertanam di pekarangan,” ujar Mentan saat kunjungan kerja di desa Ciberes Kec. Patokbeusi Subang, Juni lalu.

Oleh karena itu, lanjut Mentan, pertanian harus digenjot untuk menghadapi tantangan yang ada di depan mata. Tidak ada yang rugi di pertanian, ada tanah yang bisa ditanami.

Kementerian Pertanian, melalui Direktorat Jenderal Perkebunan saat ini tengah menyiapkan Subang sebagai sentra budidaya serai wangi. Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono menerangkan bahwa, komoditas serai wangi tak hanya mempunyai banyak manfaat tapi juga peluang usaha yang menjanjikan. Pihaknya, papar Kasdi berencana untuk mengalokasikan anggaran yang cukup bagi kebutuhan pengembangan serai wangi di Kabupaten Subang.

Sementara itu, saat melakukan peninjauan kesiapan lokasi pengembangan serai wangi di Kabupaten Subang pada bulan Juni 2020 lalu, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan Kabupaten Subang ditetapkan menjadi salah satu lokasi potensial karena didukung agroklimat yang sesuai bagi pengembangan serai wangi.

Pada kesempatan tersebut, disepakati penyusunan Grand Design pengembangan komoditas serai wangi di Kabupaten Subang yang akan disusun dengan melibatkan Ditjen Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten di Jabar.

“Perancangan Grand Design sangat penting bagi pengembangan komoditas pertanian khususnya komoditas serai wangi agar dapat berkembang secara lebih terarah dan terencana ke depannya sehingga kebutuhan terhadap komoditas serai wangi di dalam dan di luar negeri dapat tercukupi,” katanya.

Bupati Subang, Ruhimat, menyambut baik rencana Ditjen Perkebunan mengembangkan serai wangi di Kabupaten Subang. “Sebagai langkah awal kami berharap agar Kabupaten Subang dapat menjadi Pilot Project bagi pengembangan serai wangi,” kata Ruhimat.

Menurutnya, luas lahan potensial yang dapat dioptimalkan bagi pengembangan serai wangi di Subang mencapai 9.500 ha. Terdiri dari 2.000 ha eks PTPN, 1.500 ha eks RNI, dan 6.000 ha lahan milik perhutani.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, pengembangan serai wangi di Kabupaten Subang pada tahun 2020 tercatat seluas 190 ha dengan total produksi mencapai 795 ton dan tingkat rata-rata produktivitas 4,18 ton per ha.

“Pengembangan serai wangi tersebut tersebar di Kecamatan Serang Panjang, Kecamatan Jalan Cagak dan Kecamatan Cijambe. Pengembangan serai wangi di Kabupaten Subang cukup menjanjikan,” tutur Asep, Ketua Gapoktan Agro Atsiri Rekatama.

Asep, menuturkan bahwa selama ini petani mampu menghasilkan Rp30-40 juta per ha per tahun dari penjualan daun basah. Bahkan jika petani melakukan proses penyulingan, pendapatannya bisa meningkat 2-3 kali lipat. Hal tersebut dapat dicapai dengan asumsi harga jual daun Rp 500/Kg, hasil daun basah sebesar 2 kg/Rumpun, jumlah populasi 10.000 rumpun/Ha. Pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali pada tahun pertama, dan 4 kali pada tahun kedua dan seterusnya, sehingga menghasilkan produksi daun sebanyak 60-80 ton per ha tiap tahun.

“Tidak hanya itu, untuk meningkatkan nilai tambah serai wangi, beberapa petani di Kabupaten Subang juga berupaya menghasilkan produk olahan siap pakai yang berasal dari minyak serai wangi, seperti aroma terapi, sabun, karbol, penghemat bahan bakar, dan berbagai macam jenis produk siap pakai lainnya,” ucap Asep.

Selain serai wangi, petani juga mengolah minyak atsiri dari cengkeh, pala, dan kayu manis. Hal itu dilakukan sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap program pemerintah hilirisasi produk dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing.(*)


BACA JUGA