Stok Beras Akhir Tahun Aman, Diperkirakan Surplus 7 Juta Ton

Jumat, 16 Oktober 2020 | 22:22 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Ketersediaan beras dijamin aman hingga akhir 2020. Memenuhi kebutuhan konsumsi, stok beras diprediksi surplus sekitar 7 Juta Ton pada Desember 2020. Jaminan ketersediaan pangan tersebut jadi indikasi keberhasilan progam Kementan. Apalagi, Kementan saat ini punya program Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan Food Estate.

Jaminan ketersediaan beras sepanjang tahun ini disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) melalui agenda Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP), Jumat (16/10). Pesertanya mencapai 500 orang yang terdiri penyuluh pertanian dan petani. Audiensi ini juga mengevaluasi kinerja pertanian yang kompetitif sepanjang masa pademi Covid-19.

“Produksi beras sepanjang 2020 sangat aman. Hingga akhir Desember 2020 nanti bahkan ada stok sekitar 7 Juta Ton. Sejauh ini progress-nya sangat kompetitif. Realisasi ini akan terus positif, apalagi ada support program Kostratani. Food Estate juga sudah digulirkan di Kalimantan Tengah,” ungkap Syahrul, Jumat (16/10/2020).

Mengawali 2020, Indonesia memiliki stok awal beras sekitar 5,9 juta ton. Sepanjang musim tanam (MT) I 2020, produksi beras total sekitar 30,6 juta ton. Produksi ini didulang dari luas tanam 6,1 juta hektare di MT-I 2020 Oktober-Maret 2019/2020. Ada juga luas lahan 5,4 juta hektare pada MT-II April-September 2020. Fase produksi ini total menghasilkan 17,06 juta ton beras dengan nilai Rp172 triliun.

Cadangan beras pun semakin kompetitif, apalagi ada stok 5,94 juta ton dari Desember 2019. Dari angka produksi tersebut, kebutuhan konsumsi masyarakat dari Januari-Juni 2020 mencapai 15,17 juta ton. Lalu, didapatlah stok beras mencapai 7,83 juta ton. Syahrul menambahkan, program percepatan dilakukan agar stok pangan stabil dan tumbuh.

“Stabilitas pangan, dalam hal ini beras, menjadi mutlak yang harus dipenuhi. Stok pangan harus stabil bahkan tumbuh agar kondisi masyarakat kondusif. Meski ada krisis pandemi Covid-19, situasi di dalam negeri masih aman. Tidak ada kelangkaan beras,” lanjut Mentan Syahrul.

Untuk menaikan akselerasi produksi beras, program percepatan produksi juga digulirkan. Periodenya mulai April hingga September 2020 dengan luas lahan riil 5.621.074 hektare. Hasilnya, produksi beras dari Juli hingga Desember 2020 diprediksi 12,5-15 juta ton. Bila dijumlahkan seluruhnya, produksi dan stok beras pada MT-II 2020 mencapai 22,09 juta ton.

Komposisi ketersediaan beras semakin menjanjikan, apalagi kebutuhan konsumsi Juli-Desember 2020 itu sekitar 14,98 juta ton. Jadi, stok akhir beras pada Desember 2020 diperkirakan mencapai 7,1 juta ton. “Terkait pangan, semuanya tetap positif. Sekali lagi, stok beras tetap aman hingga akhir 2020. Beragam upaya terus dilakukan untuk menaikan produktivitasnya. Beragam percepatan juga dilakukan,” katanya.

Menjaga performa produksi beras, Kementan punya 5 formulasi. Untuk peningkatan kapasitas produksi, dilakukan dengan pengembangan lahan rawa di Kalimantan tengah seluas 164.598 hektare. Kebijakan lain melalui perluasan areal tanam baru. Selain padi, komoditi lainnya adalah jagung, bawang merah, dan cabai. Semakin menarik, ada juga peningkatan produksi melalui komoditi komplementer.

Formulasi lain yang dikembangkan Kementan adalah  diversifikasi pangan lokal. Konsep ini dilakukan melalui pengembangan pangan berbasis lokal dengan fokus satu komoditi. Di sini juga memanfaatkan pangan lokal secara masif melalui komoditi ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum. Ada juga pemanfaatan pekarangan melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Kementan juga melakukan penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Caranya, melalui penguatan produksi cadangan beras di daerah dan pusat. Jalan lain ditempuh melalui pengembangan LPM dan LPM Berbasis Desa. Strategi lainnya melalui pengembangan pertanian modern melalui smart farming, pemanfaatan screen house, hingga pengembangan food estate dan korporasi petani.

“Kami terus menjaga stabilitas pangan melalui peningkatan produksi. Ketersediaan beras memang lebih dari kebutuhan. Sisanya banyak dan bisa dipakai cadangan untuk waktu yang akan datang. Menaikan produksinya, kami perkuat semua lini. Dari hulu hingga hilir melalui Kostratani,” tutup Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.(*)


BACA JUGA