Dukung Food Estate Kalimantan Tengah, Kementan Adakan Bimbingan Teknologi Bagi Para Petani

Sabtu, 14 November 2020 | 18:48 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

KALTENG, GOSULSEL.COM — Pengembangan Food Estate (FE) berbasis Korporasi Petani di lahan rawa Kalimantan Tengah (Kalteng) makin digaungkan. Program gagasan Presiden RI bertujuan untuk membentuk lumbung pangan berskala luas ini digarap serius oleh Kementerian Pertanian. Berbagai komoditas pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, demplot teknologi hingga peningkatan kapasitas SDM ditingkatkan demi mencapai target swasembada pangan.

Guna percepatan, Ditjen Hortikultura sebagai penanggung jawab FE Kalteng bidang hortikultura menyelenggarakan bimbingan teknis budidaya buah dan sayur kepada petani penerima manfaat di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau pada 11 – 12 November 2020.

Bimbingan teknis ini merupakan bentuk dukungan yang diberikan pemerintah pusat selain pemberian benih buah dan sayuran unggul, sarana produksi dan pengolahan lahan. Kegiatan tersebut menghadirkan pakar budidaya tanaman buah dan sayur sebagai narasumber yaitu Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), BPTP Sulawesi Tenggara dan BPTP Kalimantan Tengah.

Kasubdit Tanaman Jeruk Perdu dan Pohon, Siti Bibah Indrajati menyatakan bahwa tahun 2020 merupakan permulaan awal program food estate. Pengembangan kawasan buah dan sayuran di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau akan terus dikawal secara berkelanjutan baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi.

“Akan ada seleksi bagi kelompok tani yang berhasil melaksanakan program ini. Pada 2021 akan difasilitasi dengan kegiatan pemeliharaan,” lanjutnya saat membuka acara di aula kantor Kecamatan Basarang, Rabu (11/11).

Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten Kapuas, Susan Saragih menyatakan bimtek ini merupakan kesempatan bagi petani untuk menambah pengetahuan mengenai budidaya buah dan sayuran yang tepat untuk lahan gambut dan rawa yang merupakan jenis tanah di kalimantan.

“Petani dapat menggali informasi dari para narasumber yang kompeten mengenai permasalahan yang dialami petani di lapangan,” tambahnya.

Salah satu ahli jeruk dari Balitjestro, Sutopo mengungkapkan bahwa masalah dalam pengembangan  hortikultura di lahan rawa adalah lapisan pirit, pH tanah yang asam dan kualitas air. Diperlukan pengolahan tata olah lahan dan air yang benar agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman mampu menghasilkan produksi yang optimal.

“Tipe lahan untuk penanaman di lahan rawa berupa guludan/tukungan, baluran dan surjan. Pembuatan tukungan lebih disarankan pada awal penanaman karena lebih hemat biaya dan waktu. Tinggi tukungan minimal 30 cm dari permukaan saat air pasang tertinggi agar akar tidak tergenang air sehingga terhindar dari busuk akar,” papar Sutopo.

Pada saat pembuatan lubang tanam, jelas Sutopo, perlu diperhatikan agar pirit tidak tercampur dengan tanah dan pupuk. Selain itu perlu perawatan teratur termasuk penyiraman, pemangkasan yang benar, pengendalian OPT serta pemupukan yang lengkap dan sesuai dosis.

“Cara pemupukan untuk tanah masam dengan cara dibenam ke titik-titik tertentu. Saluran air dibuat satu arah supaya pirit dapat terbuang dan terganti dengan air yang baru,” tambahnya.

Tidak hanya menerima materi budidaya hortikultura yang baik dari para narasumber, para petani juga dapat mempraktekkan teknik budidaya diantaranya adalah penyemaian benih cabai, pemasangan mulsa, penanaman benih durian dan pemangkasan serta pemupukan tanaman jeruk.

Ketua Kelompok Tani Sumber Harapan 3 Desa Sidodadi, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Sutarno menyampaikan bahwa petani sangat berterima kasih dan antusias dalam melaksanakan program food estate hortikultura ini.

“Saya berharap program ini bisa berhasil sesuai dengan yang diharapkan, sehingga kemakmuran masyarakat Desa Sidodadi tercapai,” ujarnya optimis.

Ditemui terpisah, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman menyampaikan bahwa pada 2020, Ditjen Hortikultura mengalokasikan anggaran pengembangann 473 hektare khusus peruntukan kawasan buah-buahan dan sayuran di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau.

“Saya berharap komoditas hortikultura mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi dan pemasok lumbung pangan,” pungkasnya.(*)