Kawasan Pisang Desa Buahdua Jamin Pasokan Bahan Baku Sale Pisang di Sumedang

Jumat, 27 November 2020 | 13:20 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

SUMEDANG, GOSULSEL.COM — Desa Buahdua di Kabupaten Sumedang merupakan daerah penghasil sale pisang yang pemasarannya  hingga Bandung, Majalengka dan Subang. Jenis pisang yang banyak diolah menjadi sale adalah ambon dan raja. Besarnya permintaan pasar yang berbanding terbalik dengan jumlah produksi pisang menjadi peluang yang baik bagi para petani sebagai produsen pisang.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) terus mendorong produksi berikut kualitas produk unggulan pertanian melalui berbagai upaya, di antaranya pengembangan kawasan buah-buahan yang memiliki prospek pasar, baik segar maupun olahan.  Salah satu wujudnya adalah program pengembangan kawasan pisang di Kabupaten Sumedang.

Menurut Kepala Bidang Hortikultura Dinas Petanian Kabupaten Sumedang, Karnadi saat mendampingi Tim Monitoring di Kecamatan Buahdua menyebutkan penerima manfaat program terdiri dari 8 kelompok tani di 8 desa tersebar di empat kecamatan, salah satunya Kelompok Tani Mekar I.

“Ini ada salah satu penerimanya, Pak Unang Suparna pemilik luas lahan 2 hektare dengan populasi 1.900 pohon.  Selain benih, kami juga memfasilitasi pupuk organik dan NPK. Penanamannya juga telah dilakukan pada bulan November 2019,” kata Karnadi. 

Karnadi menambahkan, Sumedang memiliki potensi pengembangan kawasan pisang di Desa Buahdua seluas 50 hektare pada lahan perhutani maupun lahan desa. Sedangkan potensi kecamatan adalah 150 hektare di 14 Desa. Petani sangat antusias untuk pengembangan pisang ambon kuning untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku sale pisang.

Bantuan APBN TA 2019 adalah varietas ambon kuning dan ditanam oleh kelompok tani di lahan-lahan tidur. Menurut Ketua Kelompok Tani Mekar I Unang Suparna, benih didapatkan dari penangkar Cianjur berupa anakan atau bonggol, jarak tanam 2 × 3 m dan umur tanaman 10 bulan.  

“Anakan bergulir ke anggota kelompok yang lain dan saat ini mereka sudah mempersiapkan lubang tanam untuk menanam anakan tersebut”, tambah Unang. “Kendala yang dihadapi oleh petani adalah pada musim kemarau kesulitan pengairan sehingga membutuhkan pompa air dan pipanisasi. Selain itu dibutuhkan alsin untuk pengendalian gulma dan sarana pascapanen. Petani juga membutuhkan perbaikan jalan usaha tani karena jalan untuk mencapai lahan sulit untuk dilewati kendaraan bermotor untuk mengangkut hasil panen dan saprodi,” ujar Unang.

Terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto, mengatakan pihaknya akan terus berupaya meningkatkan produksi hasil pertanian baik segar maupun olahan terutama buah unggulan berskala ekspor. Terlebih Ditjen Hortikultura tengah fokus mengembangkan Gerakan Mendorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan (GEDOR HORTI) dengan salah satu fokusnya pengembangan kawasan pisang di Kabupaten Sumedang. 

”Kami akan terus berupaya untuk terus memperluas areal pertanaman guna meningkatkan hasil produksi buah-buahan ungulan segar maupun olahan terutama di masa pandemi Covid-19 ini,” terang pria yang kerap dipanggil Anton ini.

Senada, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman mengapresiasi petani pisang di Sumedang. Pasalnya di tengah pandemic Covid-19 ini petani tetap mampu menghasilkan produk olahan bermutu. Penjualan produk olahan seperti sale pisang yang dapat langsung dikonsumsi masyarakat secara nyata mampu meningkatkan pendapatan petani di samping penjualan dalam bentuk segar.  

“Kami akan terus mendorong petani menerapkan budidaya sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada Good Agricultural Practices (GAP) sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” pungkas Liferdi.(*)


BACA JUGA