Guswan, pemilik dari Toko Grosir Minuman Banggalawa di daerah Jl Kahfi, Jakarta

Manfaatkan Peluang, Pedagang Raup Keuntungan Besar dari Penarikan Galon PET

Senin, 22 Februari 2021 | 15:43 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Guswan, pemilik dari Toko Grosir Minuman Banggalawa di daerah Jl Kahfi, Jakarta, mendapatkan untung yang berlipat setelah berjualan Galon Le Minerale. Bukan hanya dari penjualan produk galon Le Minerale yang sangat laku, dirinya juga mendapatkan keuntungan lebih dengan menarik galon bekas di sekitar area distribusinya dan menjualnya ke para pendaur ulang/pengepul.

“Galon ini tidak perlu ditukar, kalau beli selalu dapat galon yang baru, jadi konsumen memang menyukai kehigienisan dan kepraktisannya. Selain itu kemasan galon ini kan bening ya, kita bisa lihat kebersihan airnya. Ini galonnya juga ada pegangannya, ibu-ibu kalau beli juga bisa sendiri karena mudah untuk dibawa. Menurut saya, itulah yang membuat galon ini jadi banyak peminatnya,” jelas Guswan. 

Meskipun produk galon Le Minerale mempunyai inovasi yang memudahkan konsumen, masih ada pihak-pihak yang mencoba terus-menerus membelokkan fakta, yang ditengarai karena ketatnya persaingan di Industri AMDK. Namun, menurut Guswan hal ini tak berpengaruh terhadap tingginya permintaan para konsumen akan produk galon Le Minerale.

Guswan pun turut mengkonfirmasi bahwa galon Le Minerale memiliki penjualan yang baik dan lancar, karena menurutnya konsumen sangat senang dengan inovasi galon baru ini yang lebih higienis.

Guswan juga mengakui hampir tidak pernah menerima keluhan terkait sampah plastik. Karena sepertinya konsumen cukup mengerti jika galon berbahan PET memang mudah di daur ulang. Bahkan dirinya mengatakan sekarang pemilik toko seperti dirinya justru berebut galon-galon bekas karena bisa dijual kembali dengan nilai yang sangat tinggi.

Per galonnya, tutur Guswan, bisa laku Rp1000 – Rp3500. Pemanfaatannya pun beragam, ada yang dijadikan pot, ada yang digunakan untuk tempat cupang, dan ada juga yang dijual ke pengepul-pengepul untuk di daur ulang. Karena sangat menguntungkan, ia pun berpesan ke semua toko dan konsumen di sekitar area distribusinya, agar galon bekasnya di kumpulkan kemudian dikembalikan ke tokonya.

“Ada sih beberapa konsumen yang menanyakan cara buang sampahnya, cuma begitu sekali saja konsumen taruh di depan rumah, pemulung ato petugas sampah justru sering dulu-duluan datang dan menanyakan kembali galon bekasnya karena akhirnya jadi rebutan, itu kan jadi duit untuk mereka jual ke pelaku daur ulang,” ungkapnya.

Ia pun salut dengan model bisnis air mineral dengan kemasan galon PET. Baginya, kemasan galon PET  lebih efisien jika dilihat dari sisi logistiknya sehingga saat balik bisa sekalian membawa barang lain.

“Galon kosong model lama dengan sistem isi ulang, setiap ditarik udah menuh-menuhin tempat, dan gak dapet duit, dan deg-degan gak bisa dibalikkin kalo rusak dikit. Tapi sekarang pedagang malah senang karena galon PET ini dalam kondisi apapun justru bisa di jual dan dapat duit 1000-3500 per galon nya,” ungkap Guswan.

Ia pun menegaskan bahwa kemasan galon PET bekas bukannya menjadi beban sampah, justru sebaliknya, orang-orang berlomba-lomba ingin mendapatkan galon bekas PET, “Jika ini bisa terjadi di semua produk akan sangat bagus sekali justru dampaknya untuk lingkungan. Semua kemasan bisa dimanfaatkan kembali bahan bekas pakainya,” imbuhnya.

Guswan pun berharap pihak-pihak yang kerap menghembuskan isu-isu hoaks bahwa galon PET akan menjadi polusi lingkungan untuk menghentikannya. Ia juga ingin masyarakat yang baru mendapatkan informasinya tidak ikut-ikutan tergiring opini sesat.

Dirinya yakin jika produk ini akan masuk ke rantai daur ulang baik itu melalui pemulung, petugas sampah, ataupun pedagang seperti dirinya. Ini tentunya bisa menjadi contoh peluang bisnis baru bagi UKM di wilayah Makassar yang memanfaatkan bahan bekas untuk didaur ulang.(*)