Ilustrasi tes swab

Gegara Tes Swab Ditolak Warga, Pelacakan Covid-19 Belum Penuhi Standar WHO

Rabu, 25 Agustus 2021 | 18:14 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Pemerintah pusat meminta Pemkot Makassar melakukan pengetesan dan pelacakan kasus Covid-19 hingga 15.554 per hari. Sebab, tren grafik kasus Covid-19 harian yang naik dan turun sangat dipengaruhi oleh jumlah tes.

Sebelumnya, WHO telah mengeluarkan rekomendasi. Setiap 1 kasus, seharusnya dilakukan penelusuran terhadap 30 kontak terdekat atau 1:30.

pt-vale-indonesia

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar, dr Andi Hadijah Iriani mengatakan hal itu masih sulit dilakukan. Sebab, dikatakannya, masih banyak masyarakat yang menolak melakukan pemeriksaan tes usap.

“Banyak orang tidak mau di Swab, jadi dilakukan tracing di rumahnya karena tidak mau di Swab,” kata Iriani, Selasa (24/08/2021).

Olehnya itu, Pemkot hanya bisa melakukan edukasi. Ia mengatakan penerimaan masyarakat untuk melakukan tes swab atau usap sangat menentukan pemetaan tingkat penyebaran kasus Covid-19.

Selain penolakan, Iriani mengatakan lemahnya tracing terhadap kontak erat juga dipengaruhi kurangnya tenaga kesehatan. Walau saat ini pemerintah kota telah mendapat tambahan 100 analisis swab.

Pemerintah kota hanya mampu melakukan pelacakan kasus terhadap kontak erat 1:4. Iriani menuturkan dengan adanya penambahan analis Swab, pelacakan kontak erat akan meningkat menjadi 1:15.

Kendati hal itu masih jauh dari rekomendasi WHO. Di mana meminta pelacakan kontak erat 1:30.

Sebelumnya, Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto mengatakan saat ini menunggu Badan Pemeriksaan Nasional (BPN). Itu untuk melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan.

“Badan kesehatan Nasional yang ada di Makassar lagi ke Sulteng. Selasa baru mulai di-training,” tutur Danny.

Danny mengatakan pihaknya kekurangan analis yang bisa melakukan Swab. Ia mengatakan masih membutuhkan sebanyak 306 tenaga kesehatan untuk memasifkan pelacakan kasus.

Beban tenaga kesehatan yang ada saat ini sudah maksimal. Danny khawatir tenaga kesehatan akan kewalahan bila tak ada penambahan dalam waktu dekat.

“Karena dia jalankan vaksinator, dia juga jalankan pemeriksaan Swab, dia juga Covid-19 Hunter. Dia juga Home Care. Jadi kasihan,” katanya.

Di sisi lain, Danny menyebut pelacakan kasus Covid-19 bukan untuk menyusahkan masyarakat saat beraktivitas. Melainkan, kata dia, untuk mengamankan masyarakat dari kasus Covid-19.

“Jadi jangan diartikan bahwa ini menakut-nakuti orang. Gak usah takut. Ini hidung dikorek, sama juga kalau telinga dikorek. Cuma memastikan bagaimana orang sehat dan orang sakit terpisah,” tandasnya.(*)


BACA JUGA