Dialog Wawasan Kebangsaan dengan tema "Papua adalah Indonesia, Indonesia adalah Papua" digelar di Cafe Upnormal, Jalan Perintis Kemerdekaan, Minggu (29/08/2021)

Dialog Kebangsaan, Akademisi Bahas Sejumlah Persoalan di Papua

Minggu, 29 Agustus 2021 | 22:46 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Dialog Wawasan Kebangsaan dengan tema “Papua adalah Indonesia, Indonesia adalah Papua” digelar. Kegiatan itu berlangsung di Cafe Upnormal, Jalan Perintis Kemerdekaan, Minggu (29/08/2021).

Dua narasumber dihadirkan dalam kegiatan tersebut, yakni Dosen Universitas Bosowa, Abdul Haris Hamid dan akademisi UMI, La Ode Husen. Adapun yang menjadi peserta ialah mahasiswa asal Papua.

Dalam pemaparannya, Laode Rusli menyebut bahwa sejumlah persoalan di Papua masih belum terselesaikan. Terlebih masalah keberagaman.

“Jangan kita hindari orang Papua, kalau ketemu mari kita berdiskusi. Kita satu bangsa. Jadi juga memberikan penguatan. Tidak boleh karena kita berbeda kulit namun kemudian karena itu sensitif,” jelasnya.

Begitu juga dengan masyakarat Papua itu sendiri. Utamanya para pemuda yang belum bisa memanfaatkan potensinya.

Selama ini, ia menilai bahwa budaya masyakarat Papua perlu diubah. Mereka, dikatakan Laode, harus mengembangkan potensinya untuk memajukan tanah Cendrawasih.

“Ada dua hal yang harus diubah. Pertama mindset harus diubah pikirannya bisa maju kalau kita mau. Kedua adalah budaya Papua. Mau uang tapi tidak mau bekerja,” sambungnya.

Sementara itu, Abdul Haris Hamid menilai bahwa pemerintah harus pro aktif dalam menyikapi persoalan di Papua. Salah satunya memperhatikan kesejahteraan mereka.

“Yang diperlukan sekarang bagaimana pihak pemerintah melaksanakan fungsinya untuk memberikan kesejahteraan kepada masyakarat Papua, itu satu problem,” ucapnya.

Di samping itu, pertahanan dan keamanan yang menjadi gejolak selama ini perlu diselesaikan dengan baik. Pemerintah melalui upaya pendekatan hukum diharapkan bisa mencairkan suasana di sana.

“Kalau pendekatan hukum itu harus kepolisian terdepan dan harus terintegrasi dengan polisi dan TNI. Juga diperlukan langkah sinergitas dalam persoalan kemananan. Supaya tidak ada pelanggaran HAM. Kalau kita rebut hatinya justru lembut,” jelasnya.

Terakhir, mahasiswa asal Papua yang hadir menjadi peserta, Vinansius J Owarpits mengapresiasi kegiatan tersebut. Tetapi menurutnya, dialog ini perlu lebih intens digelar.

“Papua itu kan besar. Alangkah baiknya kedepan itu bisa melibatkan seluruh mahasiswa Papua yang ada di Makassar,” tutup mahasiswa Prodi Keperawatan Unhas ini. (*)


BACA JUGA