Ketua YPN, Saharuddin Ridwan saat membawakan materi pengelolaan sampah organik di Soalisasi Revitalisasi TPS3R dan Pembentukan Bank Sampah di Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Sabtu (11/09/2021)

Sosialisasi Bank Sampah di Untia, Saharuddin Ridwan Serukan Budidaya Maggot

Sabtu, 11 September 2021 | 15:11 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Ketua Yayasan Peduli Negeri (YPN), Saharuddin Ridwan mensosialisasikan bank sampah di Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Sabtu (11/09/2021). Ia pun membahas terkait budidaya maggot.

Sosialisasi itu merupakan rangkaian kegiatan Departemen Teknik Lingkungan dalam memperingati Dies Natalis ke-61 Fakultas Teknik Unhas. Juga membentuk bank sampah di Kelurahan Untia.

Maggot, disampaikan Sahar, merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang dimanfaatkan dalam pengelolaan sampah organik. Sebab, mampu mengurai secara cepat dalam jumlah besar.

“Jadi sebenarnya sisa makanan kita di rumah itu bisa kita kelola. Dan ini bisa diaktifkan untuk ternak lele, pakan ternak seperti ayam,” ujar Sahar di hadapan masyakarat.

“Yang akan kita lakukan ini dengan teknologi Black Soldier Fly, dia menghasilkan telur. Nah telurnya ini yang jadi maggot. Dan nanti mencerna sisa makanan menjadi kompos,” jelasnya.

Direktur Operasional (Dirops) Perumda Pasar Makassar Raya ini bilang, budidaya maggot tidak membutuhkan biaya besar. Bahkan, semua kalangan bisa mengelola sampainya melalui larva itu.

“Kalau untuk yang mengelola bank sampah, saya bisa kasih secara gratis ini bibit atau telur maggotnya. Ini kan sebenarnya biayanya kalau di Korea itu bayangkan Rp150 Ribu per 2 gram,” sambungnya.

“Silahkan dipelihara, dan makanannya itu sisa makanan ta ji. Ini tidak bau, karena dia (maggot) menghasilkan enzim yang tidak mengeluarkan bau,” ucap Sahar.

Lebih jauh, Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) ini mengimbau agar masyakarat Untia bisa memaksimalkan potensi sampah menjadi bernilai ekonomis. Salah satunya dengan membudidayakan maggot.

“Misalkan kalau warga disini ada 2.080 warga dan di kali 0,5 kg sampah yang bisa di kelola, jadi 1 ton lebih itu bisa kita urai sampah di sini. Dan 60 persennya itu memang merupakan sampah organik yang dikelola lewat maggot tadi,” tukasnya.(*)


BACA JUGA