Deputi BPS: Data Jagung Menggunakan Metode KSA
BOGOR, GOSULSEL.COM — Jagung saat ini ditanam oleh 4,2 juta rumah tangga petani dengan luas tanam 4,15 juta hektare setahun. Prakiraan penghitungan produksi jagung yang dilakukan BPS dengan menggunakan metode Kerangka Sampling Area (KSA).
“BPS berkomitmen terus berupaya untuk mengakurasi data jagung. BPS terus memperbaiki metode KSA sebagai dasar penghitungan angka produksi jagung,” demikian dikatakan Deputi Statistik Produksi BPS, Habibullah saat mengikuti memberikan pemaparan dalam rapat Sinkronisasi Data Jagung bersama Kementan dan BPS di Bogor, Jumat lalu (8/10/2021).
Habibullah menegaskan pihaknya bersama beberapa instansi terkait sekarang tengah mengembangkan metodae KSA jagung. Seperti halnya data lain di seluruh Indonesia yang dilakukan pengamatan tiap bulan, BPS juga melakukan perbaikan-perbaikan data jagung seperti terkait kadar air jagung saat dipanen.
“Saya rasa ini forum sangat bagus, semua berkumpul di sini mensinkronkan supaya memiliki data jagung untuk bersama,” ujarnya.
Habibullah mengapresiasi kerjasama yang baik dengan Kementan selama ini. Persoalan jagung adalah metodologi dan hingga saat ini BPS kerjasama dengan Kementan, BPPT, BIG, Kementerian ATR untuk sinkronisasi data.
“Kita sudah berhasil launching data padi, sekarang giliran metodologi jagung yang harus kita perbaiki bersama,” cetusnya.
Lebih lanjut Habibullah mengungkapkan saat ini BPS sedang membangun data KSA jagung dan perbaikan terutama dalam penyajian kadar air. Perbaikan untuk pengukuran kadar air sangat penting supaya lebih akurat.
“Saat ini kita sedang lakukan survei, ukur dan amati tiap bulan luas panen dari pemotretan. Kemudian produksi kita ukur dari ubinan supaya bisa terhitung perkiraan produktivitasnya. Kita selalu lakukan diskusi sinkrokan data termasuk perbaikan kadar air ini,” bebernya.
Ia menekankan estimasi produksi jagung pada dasarnya tidak semudah untuk pengukuran lahan padi. Oleh karena itu, BPS sedang berupaya melakukan penyesuaian-penyesuaian.
“Kami berharap dapat segera melaunching data jagung supaya dapat mendukung Kementerian Pertanian sebagai pengguna data produksi sebagai dasar penghitungan stok jagung di lapangan,” tandas Habibulloh.
Sementara itu menurut Rektor IPB Arif Satria, BPS memegang kunci peran penting. Menurutnya, BPS sangat strategis perannya untuk bisa memperbaiki metodologi pengukuran produksi.
“Saya yakin sudah diupgrade, melibatkan para pakar supaya lebih akurat,” tegas Arif.
Perlu diketahui, berdasar hasil penghitungan, prakiraan produksi jagung dengan luas lahan 4,15 juta hektare mencapai 15,9 juta ton. Kebutuhan 14,3 juta ton, terdapat carry over stok 2020 sebesar 1,42 juta ton sehingga stok akhir Desember 2021 lebih dari 2 juta ton.(*)