Otoritas Jasa Keuangan/Int

OJK: UMKM dan Milenial Mesti Jalankan Usaha Berbasis Ekonomi Hijau

Minggu, 02 Januari 2022 | 00:00 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agus Edy Siregar menyatakan, Indonesia diuntungkan dengan bonus demografi. Diketahui, penduduk Indonesia didominasi atau hampir 71 persen merupakan usia produktif.

“Dari jumlah tersebut, sekitar 54 persen merupakan generasi Z atau milenial,” ujar dia dalam webinar OJK, Selasa (28/12/2021).

pt-vale-indonesia

Penduduk usia produktif itu, kata dia, terdisrupsi pandemi. Lanjutnya, dibutuhkan lapangan kerja baru sebagai kompensasi dampak pandemi. Menurutnya, pandemi merupakan ajang melihat sumber pertumbuhan ekonomi baru.

“OJK lihat, salah satunya green economy,” ujarnya.

World Economic Forum menyebutkan, greem economy atau ekonomi hijau akan menjadi peluang bisnis. Dan menciptakan 395 juta pekerjaan baru.

Di Indonesia, kata dia, ada beberapa peluang green job. Salah satunya pertanian yang merupakan pekerjaan ramah lingkungan, lalu sektor pariwisata. Sebab, berdasarkan studi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, nantinya eco tourism akan lebih diminati.

Ia mrnyebutkan, survei yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM bersama UNDP dan Indosat Ooredoo pada 2021 menyebutkan, sebanyak 95 persen pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun mengaku berminat menjalankan usaha ramH lingkungan. Hal itu berpotensi menyerap tenaga kerja melalui green jobs.

Hanya saja, kata dia, UMKM masih kesulitan mengakses pembiayaan untuk bisnisnya. Mereka masih dianggap belum bankable.

OJK, ujar Agus, sudah mengeluarkan berbagai kebijakan guna mengatasi masalah pembiayaan UMKM dalam menjalankan usaha ekonomi hijau. Di antaranya penawaran efek melalui layanan Urun Dana Berbasis Teknologi atau dikenal dengan Security Crowdfunding.

“Itu sebagai alternatif sumber pendanaan yang cepat dan mudah, murah bagi kalangan generasi muda dan UKM yang belum bankable untuk mengembangkan usahanya,” jelas Agus. Ia menyebutkan, per 14 Desember 2021, terdapat 7 penyelenggara dan 191 usaha penerbit yang melakukan penghimpunan dana melalui security crowdfunding senilai Rp 407,2 miliar dari 93 ribu pemodal.

Ada pula Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Per Oktober 2021, program itu telah mencapai 38.110 peternak dengan jumlah premi sebesar Rp 17,43 miliar.

Lalu terdapat Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Melalui program ini, para milenial mendapat mitigasi risiko yang memadai. Per Oktober 2021, program telah mencapai 619.700 petani dengan total premi sebanyak Rp 70,95 Miliar.(*)