Nayah bersama ibunya Nur Hayati saat ditemui di rumahnya.

Bocah 7 Tahun Menderita Lumpuh di Gowa Terkendala Biaya

Kamis, 27 Januari 2022 | 08:10 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Endra Sahar - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM–Bocah perempuan berusia 7 tahun bernama
Afidenayah Dian Gayatri menderita lumpuh terpaksa dirawat di rumahnya di Desa Julu Pa’mai, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

Nayah, panggilan akrab bocah malang itu terpaksa dirawat di rumahnya lantaran orangtuanya tak mampu membayar biaya perawatan rumah sakit.

pt-vale-indonesia

Nur Hayati, ibu dari Nayah bercerita, pada tahun 2014 lalu, buah hatinya itu dibawa ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk mengobati kakinya yang bengkak dan membuat anaknya itu tidak bisa berjalan.

“Dokter bilang, mau di scan foto dulu, setelah itu dokter sampaikan bahwa tidak bisa di kerja kakinya karena terkena Hidrosefalus,” ujarnya kepada media saat ditemui, Selasa (25/1/2022) kemarin.

Saat itu Nur Hayati tak bisa berbuat apa-apa. Hati kecilnya sangat ingin melihat anaknya itu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

“Waktu pertama diobati itu masih ditanggung BPJS Kesehatan. Namun sekarang sudah dinonaktifkan karena saya tidak mampu bayar iuran bulanan,” kata Nur Hayati.

“Pengobatan saya terkendala di biaya pak. Saat itu, saya sendiri yang membiayai, bekerja pagi sampai malam. Karena sejak lahir Nayah ditinggal pergi oleh bapaknya,”sambungnya.

Nur Hayati menceritakan, Nayah adalah anak dari suami pertamanya. Setelah melahirkan, ia dan Nayah ditinggalkan oleh suaminya.

Sejak saat itu, dirinya lah yang bekerja keras membanting tulang demi pengobatan dan keselamatan anaknya.

“Sekarang saya bersama suami ke-dua ku yang rawat Nayah. Suami juga tidak mampu, karena hanya bekerja sebagai tukang ojek online,” tuturnya.

Kondisi Nayah saat ini cukup memprihatikan. Bocah malang itu hanya bisa berjalan menggunakan tangan lantaran kakinya yang lumpuh.

Belum lagi, setiap saat Nayah harus menggunakan popok karena selang yang ada ditubuhnya harus mengeluarkan cairan dalam otak melalui saluran air kencing.

Saat anak-anak seusianya sudah bersekolah, Nayah hanya menghabiskan hari-harinya bermain bersama saudara laki-lakinya.

“Tidak dikasi sekolah, di rumah saja belajar sendiri. Takutnya kalau sekolah kasian diejek, baru dia juga kasian pake popok terus karena setiap lima menit selalu tembus,” kata Nur Hayati.

Meski demikian, Nur Hayati dan suami keduanya, Rudi Hartono tetap bekerja keras dengan segala keterbatasan untuk biaya pengobatan anaknya sembari menunggu dermawan yang ingin membantunya. (*)