Langsung Tuntas Sehari, Kementan Selesaikan Masalah Administrasi KUR Taxi Alsintan

Jumat, 25 Februari 2022 | 20:09 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

PALEMBANG, GOSULSEL.COM — Kementerian Pertanian (Kementan) gerak cepat menyelesaikan aturan yang menghambat percepatan pencairan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Alat Mesin Pertanian (Alsintan) di Sumatera Selatan (Sumsel). Dalam sehari, aturan yang menghambat langsung dituntaskan, sehingga Provinsi Sumsel ditargetkan memiliki 1000 unit Taxi Alsintan dari melihat perkembangan dilapangan.

“Alhamdulillah petani-petani kita mau beli sendiri. Tapi jangan dibebani dengan persyaratan berat,” tegas Direktur Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan Andi Nur Alam Syah dalam acara Penyerahan Alsintan Pada Kegiatan Pengembangan Program Taxi Alsintan Melalui KUR Provinsi Sumsel, di kantor Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Palembang, kemarin Kamis (24/02/2022).

pt-vale-indonesia

Untuk diketahui, sebelumnya dalam rapat koordinasi KUR Alsintan yang digelar bersama bank penyalur KUR, penyedia alsintan, Dinas Pertanian yang diselenggarakan sehari sebelumnya, sejumlah calon penerima KUR Alsintan mengeluhkan aturan yang ribet untuk mendapatkan alsintan. Aturan tersebut seperti beban DP sebesar 30 persen, biaya administrasi Rp500 ribu, biaya notaris Rp2 juta, biaya asuransi Rp6 juta dan blokir angsuran Rp32 juta.

Berpijak pada kondisi ini, Nur Alam bersyukur sejumlah problem dalam proses penyaluran KUR Alsintan ini bisa mulai teratasi sehingga para petani bisa langsung mendapatkan alsintan yang dikehendakinya. Utamanya terkait down payment (DP) atau uang muka KUR Alsintan dimana petani kini hanya terbebani DP 10 persen yang sebelumnya 30 persen, dengan sinergi dengan penyedia alsintan yang siap membantu membayarkan DP 20 persen. Menurutnya, ini menunjukkan bahwa sudah ada sinergitas yang baik antara semua stakeholders untuk mensukseskan program Taxi Alsintan ini. Taxi Alsintan ini merupakan program yang diinisiasi langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo agar petani dan pelaku usaha di sektor pertanian bisa melakukan pengadaan alsintan secara mandiri melalui fasilitasi KUR.

“Bank Sumsel Babel, BNI, luar biasa. Saya akan minta nanti agar suatu saat ada penghargaan dari Pak Menteri karena sudah luar biasa membantu kelancaran tugas-tugas kami di Sumsel,” kata Nur Alam.

Lebih lanjut Nur Alam menjelaskan program Taxi Alsintan ini sebenarnya merupakan program bersama untuk menghadirkan inovasi dan teknologi pertanian di tengah-tengah petani. Dengan begitu, baik pemerintah, perusahaan alsintan dan juga petani tidak lagi terlalu mengandalkan bantuan dari APBN maupun APBD.

“Hari ini penyedian alsintan bukan lagi penyedia yang mencari sepotong kue dari kami, tapi berkolaborasi dengan kami hadirkan teknologi di tengah-tengah petani,” jelasnya.

Jebolan magister teknik kimia Institut Teknologi Bandung ini pun memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan penyedian alsintan yang dengan sukarela bersedia memberikan insentif berupa keringanan DP bagi petani. Sehingga petani yang semula terbebani DP 30 persen, kini cukup membayar DP 10 persen. Bagi Andi, ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kolaborasi betul-betul nyata dalam menyukseskan program Taxi Alsintan ini.

“Apresiasi kami ke Pak Anis (Anis Nurdin, Pimpinan PT Corin Mulia Gemilang) yang dalam kondisi ini sudah berjuang jadi tumpuan kami di lapangan,” ungkapnya.

Nur alam menegaskan kehadiran alsintan kini betul-betul mulai dirasakan dampaknya bagi petani. Tak ada lagi petani yang mengolah lahannya menggunakan hewan ternak dan juga ketika panen, tak ada lagi yang menggunakan sabit.

“Semua kini dilakukan melalui mekanisasi pertanian. Ini menunjukkan transformasi yang kita lakukan selama 7 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo berhasil. Ada masalah di lapangan, iya. Tapi itu kita terus perbaiki. Kita hadapi,” urainya.

Pandemi Covid-19 ini, lanjutnya, membuat semua pihak termasuk Kementan merubah pola kegiatannya. Salah satunya dalam hal pengadaan alsintan yang angkanya terus mengalami penurunan yang biasanya nilai yang digelontorkan ke petani mencapai triliunan, kini tinggal Rp600 milyar dalam dua tahun ini.

“Di satu sisi, alsintan yang dikerahkan sejak 2015, sudah saatnya tergantikan mengingat umur ekonomis alsintan biasanya hanya 5 tahun. Ini moment tahapan 2 yang sangat penting. Kalau ini gagal, mekanisasi kita bisa fatal,” tegasnya.

Karena itu, Nur Alam menegaskan program Taxi Alsintan yang digagas Menteri Syahrul merupakan ide yang cerdas dan brilian untuk memastikan mekanisasi ini terus berlanjut dan tidak berhenti hanya karena persoalan anggaran. Ia mengaku sekarang ditantang oleh pak Menteri masuk kepada tahapan kedua dari mekanisasi ini, bagaimana menumbuhkan partisipasi dari kelompok tani.

“Saya yakin ini bisa berhasil karena tanpa kita dorong orang sudah mulai merasakan bahwa alsintan ini sangat kita butuhkan. Ini yang terjadi di Sumsel,” ucapnya.

Nur Alam pun mengajak petani khususnya perusahaan alsintan untuk sama-sama mensukseskan program Taxi Alsintan ini, sehingga ke depan tidak lagi mengandalkan proyek pengadaan alsintan dari pemerintah. Namun menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk swadaya alsintan karena dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan ini, pemerintah akan hadir di tengah-tengah petani hanya sebagai fasilitator alsintan memastikan petani tak memiliki kendala dalam operasi dan mobilisasi alsintan ini dan juga siap turun langsung mengawal dan memastikan tak akan ada kredit macet dalam KUR Alsintan ini.

“Kita hadir dan disini bekerjasama dengan penyedia karena ini merupakan pola bisnis baru yang selama ini diabaikan oleh penyedia alsintan. Ingat, Toyota itu sebagian besar penghasilannya dari bisnis sparepart. Ini yang harus dilakukan teman-teman penyedia,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Deputi II Pemerintah Provinsi Sumsel, mewakili Gubernur Sumsel Herman Deru, Ekowati Ratna Ningsih berharap perhatian Kementan untuk alsintan bisa terus lancar. Pasalnya, bantuan alsintan ini memang sangat dibutuhkan oleh petani di wilayahnya sehingga melalui bantuan ini, petani-petani Sumsel bisa meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian miliknya sehingga Sumsel yang sekarang ini di posisi lima penghasil beras, bisa naik menjadi nomor 4.

“Karena itu kita tidak bisa lagi kerja busines as usual karena perbedaan provisinya cukup besar untuk mencapai posisi 4 tersebut,” tegasnya.

Ratna juga memberikan apresiasi atas kinerja Direktorat Alsintan dalam memacu pertanian di Sumsel. Walau anggaran alsintan setiap tahun terus menurun, namun kebutuhan dan penggunaan alsintan di kalangan petani tetap tinggi.

“Itu prestasi pak Direktur. Artinya, petani makin mandiri. Tidak lagi mengandalkan bantuan-bantuan kementerian tetapi bisa mandiri melalui KUR,” katanya.

Lebih lanjut, Ratna menuturkan Sumsel termasuk wilayah yang mengakses KUR pertanian yang terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data rekap KUR Sumsel tahun 2020, KUR di sektor pertanian memiliki debutir terbanyak dibanding sektor-sektor lain. Setidaknya ada 52748 debitur yang mengakses KUR pertanian di 2020.

“Angka ini meningkat hampir 40 persen jika dibandingkan 2019 yang mencapai 39525 debitur. Di tahun 2022 ini tentunya akan lebih meningkat lagi,” tandasnya.(*)


BACA JUGA