BI: Inflasi di Sulsel Bulan April Dipicu Permintaan Masyarakat saat Ramadan dan Lebaran

Jumat, 13 Mei 2022 | 21:05 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Pada April 2022, secara tahunan, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami inflasi sebesar 3,38% (yoy) dan berada dalam sasaran inflasi nasional tahun 2022 yaitu 3,0±1%. Secara bulanan, Sulsel mengalami inflasi sebesar 1,21% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,54% (mtm).

Adapun, secara tahun kalender, inflasi Sulsel tercatat sebesar 2,29% (ytd). Sementara itu, secara spasial, dari 5 kota IHK yakni Bulukumba, Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone di Sulsel. Inflasi bulanan tertinggi dialami oleh Makassar sebesar 1,27% (mtm). Sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Bulukumba yaitu sebesar 0,62% (mtm).

Inflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Transportasi; dan Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran. Adapun dengan inflasi masing-masing sebesar 2,80%; 2,37%; dan 0,65% (mtm).

Inflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau memiliki andil sebesar 0,84% yang. Terutama dipengaruhi oleh naiknya harga minyak goreng, daging ayam ras, kue kering berminyak, tomat, dan udang basah.

Di sisi lain, inflasi kelompok makanan yang lebih tinggi tertahan oleh turunnya harga beberapa komoditas. Seperti cabai rawit, ikan teri, beras, bawang merah, dan pisang.

Hal ini dijelaskan Deputi Kepala BI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan, Fajar Majardi dalam rilisnya, Senin (09/05/2022). Itu terkait perkembangan terakhir ekonomi di Sulsel.

“Tekanan inflasi Sulsel yang meningkat pada bulan April 2022 turut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada periode Ramadan dan jelang Hari Raya Idul Fitri. Meskipun harga beberapa komoditas pangan strategis mengalami peningkatan, secara umum tingkat inflasi di Sulsel masih terkendali dengan baik,” ucapnya.

“Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel dalam menjaga kestabilan harga-harga komoditas, utamanya bahan pangan strategis, melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) dan penguatan kerjasama perdagangan antar daerah,” tambah Fadjar.

Proses pemulihan ekonomi yang terus berlangsung pada tingkat nasional dan daerah kata dia, diprakirakan akan turut memberikan tekanan inflasi Sulsel. Risiko tekanan harga yang berasal dari imported inflation, sebagai dampak terganggunya supply chain global akibat kondisi geopolitik di wilayah Eropa, juga perlu terus diwaspadai.

Menyikapi dinamika perekonomian global dan nasional, Bank Indonesia bersama dengan TPID di wilayah Sulsel akan terus bersinergi. Itu dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.(*)


BACA JUGA