Kementan dan Kemenperin Terus kembangkan IKM Hilirisasi Pangan

Kamis, 09 Juni 2022 | 12:23 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) hilirisasi pangan. Ini mengingat IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional, dimana dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit dan merupakan lebih dari 90 persen dari unit usaha industri nasional.

Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJIA) Kemenperin, Achmad Sufiardi menuturkan, Kementan telah meluncurkan program Propaktani yang merupakan program pengembangan kawasan tanaman pangan berbasis korporasi. Propaktani merupakan pola pertanian baru dengan perbaikan pada aspek manajemen yang juga dapat memperkuat IKM berbasis tanaman pangan.

“Propaktani memiliki tujuan untuk efisien input, meningkatkan produktivitas dan hasilnya produk berdaya saing. Berkat keberadaan Propaktani yang kuat, IKM berbasis tanaman pangan tertentu baik di dalam maupun luar kawasan dapat tumbuh dan berkembang,” kata Achmad dalam acara Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 483, Rabu (08/06/2022).

“Propaktani ini adalah contoh program yang mengintegrasikan tidak hanya pertanian dengan perindustrian, tapi juga perlu melibatkan berbagai pihak seperti perbankan, koperasi, BUMN,” sambungnya.

Disamping itu, IKM juga memiliki ragam produk yang sangat banyak, mampu mengisi wilayah pasar yang luas, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat luas serta memiliki ketahanan terhadap berbagai krisis yang terjadi. Dengan karakteristik tersebut, maka tumbuh dan berkembangnya IKM akan memberikan andil yang sangat besar dalam mewujudkan ekonomi nasional yang tangguh, dan maju yang berciri kerakyatan.

Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi dan Kebijakan Jasa Industri, BSKJI, Kemenperin, Heru Kustanto menjelaskan program Penguatan Industri Melalui Optimalisasi Teknologi (PINOTI) sebagai pendukung penciptaan wirausaha industri baru untuk pengembangan industri kecil menengah.

PINOTI adalah Program yang dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) untuk memperkuat kemampuan perusahaan industri baru, khususnya IKM melalui optimalisasi teknologi.

“Program ini memberikan memberikan fasilitasi penguatan industri melalui diagnosis dan penyelesaian permasalahan teknologi yang dihadapi perusahaan industri baru, pendampingan penyelesaian permasalahan industri serta fasilitasi lainnya,” jelas Heru.

“Untuk realisasinya website PINOTI telah mencapai 40 persen dan telah terdata 20 wirausaha baru berpotensi 15 Industri diarahkan untuk mendaftar melalui website PINOTI,” tambahnya.

Sementara itu, terkait pengembangan inkubator bisnis teknologi untuk IKM pangan, Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada K/L Masyarakat dan UMKM, BRIN, Dadan Nugraha menuturkan IKM baru perlu Inkubasi Bisnis Teknologi karena salah satu kelemahan umum pada IKM adalah kurangnya inovasi dan akses terhadap teknologi IKM-perusahaan rintisan. Umumnya memiliki sumber daya yang sangat terbatas dengan agenda pengembangan produk dan bisnis yang syarat ketidakpastian.

“Beberapa tipe masalah yang dihadapi bukan masalah business as usual lisensi, HKI, investor modal usaha, dll. Sebagian besar founder PR adalah pemula dalam dunia bisnis dengan skill manajemen yang kurang terlatih,” jelasnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan Kementan terus mendorong pengembangan hilirisasi pertanian guna mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern sehingga sektor pertanian semakin kuat sebagai penopang pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan dan nasional, terutama di tengah tantangan global. Seluruh pangan lokal seperti jagung, ubi jalar dan lain-lain semuanya mempunyai manfaat yang luar biasa.

“Dengan kreativitas, semua bagian dapat diolah menjadi produk pertama, sampingan, dan sisanya pun bisa dijadikan kompos. Kunci keberhasilan komoditas pangan lokal diminati industri yakni melakukan market driven, yakni bagaimana merekayasa sedemikian rupa pangan lokal menjadi lifestyle yang diminati konsumen terutama kaum millenial,” terangnya.

“Apabila dari sisi market driven didorong, maka petani akan senang karena produknya dibeli dan dipasarkan dengan baik,” pinta Suwandi.(*)