Tingkatkan Kapasitas dan Mutu Benih, Kementan Dorong Peran Penangkar

Sabtu, 11 Juni 2022 | 09:12 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menghasilkan benih unggul atau bermutu guna meningkatkan produksi pangan. Salah satu yang memiliki peran dalam hal ini adalah penangkar benih.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan saat ini pihaknya tengah fokus pada penanganan benih sebab benih merupakan penciri produksi dan pondasi pertanian. Dari benih yang baik, yang dihasilkan dari cara Good Agriculture Practice (GAP) yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula.

“Kita dapat challenge dari Bapak Menteri Pertanian SYL terkait komoditas padi untuk meningkatkan angka produksi setiap tahunnya. Ini karena penduduk terus bertambah dan lahan terus berkurang akibat pembangunan jalan tol, real estate, pabrik dan lainnya. Pertemuan laju konversi lahan dan pertambahan penduduk inilah yang menjadi acuan kita,” demikian ujar Suwandi dalam memberikan sambutan pada Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 485 yang bertema Penguatan Kapasitas Penangkar untuk Meningkatkan Penyediaan dan Mutu Benih, kemarin Jumat (10/06/2022).

Suwandi meminta agar sistem jaminan mutu benih dikawal secara ketat termasuk kualitas kemasan dan mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan serta standarisasi agar diterapkan secara baik. Menurutnya, disamping peningkatan produksi setiap tahun dan produktivitas minimal 6 ton/ha, Menteri SYL juga memberi challenge agar mampu berswasembada.

“Saya yakin, jika kita gunakan pupuk dan pestisida kimia dengan efisien, beralih ke pupuk organik dan menggunakan cara pengendalian OPT yang ramah lingkungan seperti Agen Pupuk Hayati yang bisa kita hasilkan sendiri, kita bisa hemat biaya produksi. Swasembada bukan hal yang tak mungkin, 3 tahun terakhir sejak 2019 sampai hari ini tidak ada lagi impor beras,” terangnya.

Amiyarsi Mustika Yukti, dari Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura menjelaskan benih dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan produktivitas dengan syarat varietas sesuai dengan agroekosistem setempat, benih terjamin mutunya (seperti genetic, fisiologis, dan fisik), tepat waktu tanam dan lokasi serta tersedia dan mudah diakses dengan harga terjangkau. Kondisi saat ini varietas banyak dilepas tetapi hanya beberapa varietas saja yang berkembang dan ditanam petani.

“Hal ini disebabkan antara lain karena kurang sosialisasi, kualitas beras kurang sesuai dengan preferensi petani dan pedagang, alur produksi benih yang belum berjalan dengan baik, sehingga pada saat tertentu benih sumber tidak tersedia,” ujarnya.

“Untuk benih bersertifikat harus memenuhi persyaratan teknis minimal, berlabel, pembinaan peredaran dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota yang membidangi Tanaman Pangan kepada Pengedar Benih dan peredaran diawasi oleh PBT yang berkedudukan di UPTD terhadap Pengedar Benih dan benih yang diedarkan,” tambahnya.

Direktur Produksi PT Sang Hyang Seri (SHS), Karyawan Gunarso menyebutkan dengan adanya benih padi bermutu tinggi baik secara genetik, fisiologis, fisik dan patologis dipastikan dapat meningkatkan produksi padi dengan bibit unggul, tanaman yang unggul dan produksi yang unggul. Hal tersebut akan berdampak pada ekonomi pertanian dan pangan, baik ekonomi petani, ekonomi pangan dan agribisnis pangan.

“Kinerja penangkaran benih padi SHS adalah resultan dari kapasitas perusahaan, kapasitas penangkar dan kapasitas tanah. Faktor pembatas kinerja penangkaran benih berbasis kemitraaan produksi adalah kapasitas petani penangkar sehingga diperlukan peningkatan kapasitas secara berkelanjutan,” jelas Karyawan.

Sementara itu, perwakilan UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur, Yayak Rahman H menuturkan jumlah produsen benih di Jawa Timur mencapai 449 produsen, kebun dinas 77 produsen, BUMN 6 produsen dan swasta 366 produsen. Faktor pembatas peningkatan kapasitas dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu SDM, lahan, fasilitas pengolahan, sumber benih dan pemasaran produk.

“Untuk faktor lahan, lahan milik sendiri tidak cukup luas sedangkan untuk mitra harus melibatkan banyak petani kemudian sewanya yang menggunakan modal yang tinggi,” sebutnya.

Direktur CV Fiona Benih Mandiri Subang, Jawa Barat, H. Anam memaparkan CV Fiona berdiri pada tahun 2007. Dalam perjalanannya mengalami masa jatuh bangun hingga pada tahun 2016 mulai menemukan pola-polanya dalam rangka ikhtiar bagaimana menguatkan usaha.

“Ketersediaan benih yang baik sangat tergantung pada penangkar. Untuk meningkatkan kualitas penangkar tentu harus ada gairah dan harapan dari usaha taninya. Kita mengambil cara bermitra dengan penangkar dengan menjamin tiga kepastian, yaitu hasil penangkarannya pasti dibeli, pasti dibayar, dan harganya sesuai,” ungkap Anam.

Direktur PP Kerja Boyolali, Jawa Tengah, Cipto Sarwadi menuturkan Program pembangunan pertanian dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan juga untuk peningkatan kesejahteraan petani memerlukan ketersediaan benih bagi petani sesuai dengan jumlah, mutu, varietas, waktu, lokasi dan harga yang terjangkau. Pemanfaatan benih unggul dikalangan petani sejauh ini telah menunjukkan peningkatan sehingga diharapkan permintaan benih kedepan akan semakin meningkat. Keberadaan industri perbenihan menjadi sangat penting untuk menjamin ketersediaan benih unggul bagi petani.

“Dengan peningkatan kemampuan kapasitas penangkar akan menghasilkan benih unggul bermutu tinggi sehingga keberlangsungan usaha penangkaran benih dapat dicapai. Kerjasama dalam penangkaran benih itu lebih menguntungan dibanding dengan produksi beras,” tutur Cipto.(*)


BACA JUGA