Ini Cara Kenali dan Kelola Penyakit Terbawa Benih
JAKARTA, GOSULSEL.COM — Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu dari penyakit tanaman (Fitopatologi), didefinisikan sebagai studi tentang penyakit pada benih untuk mengetahui faktor penyebab penyimpangan fungsi benih. Uji kesehatan benih berperan penting dalam perbaikan mutu benih (seed improvement), perdagangan benih (seed trade) dan perlindungan tanaman (plant protection).
Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya dan iklim menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih yang bermutu rendah maka hasilnya akan rendah.
Berbicara mengenai benih beserta pengelolaannya yang tepat, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan secara khusus menggelar webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 498 dengan tema “Kenali dan Kelola Penyakit Terbawa Benih”, Senin (20/06/2022).
Guru Besar Universitas Halu Oleo, Andi Khaeruni menjelaskan benih merupakan salah satu komponen utama keberhasilan produksi pertanian. Mutu benih menjadi indikator benih unggul dan patogen terbawa benih menentukan status kesehatan benih yang menjadi komponen menentukan mutu benih.
“Perlu dilakukan upaya eliminasi patogen terbawa benih sejak benih diproduksi di lapangan. Salah satu perlakuan benih yang dapat dilakukan demi menjaga mutu benih adalah dengan coating seeds,” kata Andi dalam webinar tersebut.
Ia menjelaskan tujuan utama coating dan pelleting merubah bentuk, bobot dan ukuran benih sehingga memudahkan penanaman dengan mesin (plant ability dan precision planting) serta memperbaiki mutu benih. Pelapisan benih (seed coating) dengan formula yang tepat dapat diaplikasikan pada benih tanaman pangan, khususnya padi, dengan menambahkan biopestisida, agens hayati atau inokulan mikroba sebagai bioprotektan dan biofertilizer.
“Sehingga dapat meningkatkan stabilitas agens hayati atau mikroba, meningkatkan mutu benih dan produktivitas tanaman,” terang Andi.
Perwakilan Badan Karantina Pertanian, Ummu Salamah menjelaskan status kesehatan benih diketahui melalui pengujian khusus untuk mendeteksi adanya patogen yang mungkin terbawa dalam suatu lot benih. Uji kesehatan benih bukanlah suatu ramalan, tetapi suatu metode untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan adanya suatu resiko penyakit menular melalui benih.
“Banyak sedikitnya jenis mikroba patogen menjadi hal yang tidak terlalu penting, apabila patogenisitas rendah, tapi biji yang diproduksi memiliki sistem kekebalan alami menjadi faktor utama penerapan teknik budidaya yang benar (pertanian ramah lingkungan) mampu menghasilkan benih yang vigor membentuk ketahanan alami,” paparnya.
“Misalnya penggunaan pupuk organik, aplikasi aph eksofit dan endofit semenjak awal tanam, penyemprotan toksin dan lainnya,” pinta Ummu.
Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi menyebutkan masalah benih tidak hanya pada kebersihan, tetapi juga bebas dari patogen secara genetik, fisiologis atau secara fisik. Terdapat cara untuk mendeteksi unsur-unsur yang dapat mengganggu kualitas benih dari patogen misalnya, busa terdeteksi pada benih, terdapat mikroorganisme atau jamur sehingga mempengaruhi kualitasnya.
Secara visual, sambungnya, bisa dilihat dari warna kulit benih padi, kecil atau bentuknya tidak bagus, apakah ada patogennya atau tidak, ada senyawanya atau tidak. Yang kedua secara fisiologis bisa dengan dicuci dapat mengetahui apakah ada jamur yang menginfeksi atau tidak.
“Harapannya adalah petani teredukasi bisa mendeteksi benih atau masalah pada benih dengan kasat mata, mana benih yang bagus dan mana yang bermasalah karena benih adalah pondasi pembangunan pertanian,” tutur Suwandi.(*)