RUPS Vale Indonesia 2022: Ganti Direksi, Dividen Tak Dibagi

Selasa, 21 Juni 2022 | 21:29 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

JAKARTA, GOSULSEL.COM — PT Vale Indonesia Tbk mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan di Jakarta, Selasa (21/06/2022). Agendanya perubahan susunan direksi maupun komisaris.

Pada susunan direksi, pergantian merujuk pada surat pengunduran diri oleh Dani Widjaja selaku Direktur Perseroan. Sementara pada jajaran komisaris, landasan pada pergantian ini adalah surat pengunduran diri dari Hendi Prio Santoso dan Nobuhiro Matsumoto, masing-masing sebagai Wakil Presiden Komisaris dan Komisaris.

pt-vale-indonesia

RUPS kali ini menyepakati penunjukan Muhammad Rachmat Kaimuddin sebagai Wakil Presiden Komisaris dan Yusuke Niwa sebagai Komisaris. Rachmat Kaimuddin adalah nama yang tidak asing lagi dalam kepemimpinannya pada Bukalapak, yang juga membawanya sebagai special advisor di bidang teknologi, dan sebagai Plt Deputi transportasi dan infrastruktur di Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Sementara, Yusuke Niwa merupakan eksekutif di Sumitomo Metal Mining. Yusuke merupakan figure yang telah berpengalaman di bidang pertambangan, khususnya nikel.

Susunan direksi dan komisaris yang baru ini diharapkan menjaga keunggulan PT Vale, dan menebalkan komitmen untuk beroperasi dengan mengedepankan aspek keberlanjutan. Perseroan mengalami tantangan baru di dunia pertambangan mineral, dengan meningkatnya kebutuhan akan nikel, khususnya dalam menyongsong era kendaraan elektrik.

Tantangan tersebut adalah menghadirkan nikel dari sumber yang bersih. Itu untuk menjawab transformasi kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan yang tidak menimbulkan polusi dan mengganggu keseimbangan lingkungan.

Selanjutnya, PT Vale Indonesia Tbk juga mengumumkan untuk tidak membagi dividen untuk tahun buku 2021. Keputusan itu telah mendapat persetujuan dalam RUPS.

Kebijakan ini diambil meskipun laba bersih perseroan tumbuh 100,19% sebesar USD165,79 juta. Atau setara Rp2,36 triliun (Kurs tanggal pelaporan INCO akhir tahun 2021, Rp14.271).

Direktur Keuangan Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengatakan perseroan sedang membutuhkan biaya untuk mendanai sejumlah proyek pertambangan komoditas nikel. Sehingga, sebagian besar dana itu digunakan untuk menambah modal kerja perseroan.

“Ada beberapa pertimbangan mengapa kami akhirnya memutuskan tidak membagi dividen, salah satunya adalah karena akan ada kenaikan cash demand untuk mendanai proyek-proyek perseroan,” kata Irmanto dalam Diskusi Media RUPS 2022.

PT Vale Indonesia memang menghadapi tantangan berupa ekspansi di dua lokasi Kontrak Karya. Ialah di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Di Blok Bahodopi, PT Vale bersama dua mitra kerja, yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek (PCFA) untuk fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Juni 2021. Fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah akan terdiri dari delapan lini Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.

Saat ini, studi tahap akhir sedang dijalankan. Hal itu untuk memastikan kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan aman, layak secara ekonomis dan memastikan ketersediaan pasokan material bijih nikel ke pabrik pengolahan.

Sementara, di Blok Pomalaa, PT Vale akan berkolaborasi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) (para “Pihak”). Kedua pihak telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama (Framework Cooperation Agreement-FCA) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Proyek HPAL Pomalaa), pada akhir April 2022.

Proyek HPAL Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun. Vale dan Huayou sepakat untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun untuk pengoperasian Proyek HPAL Pomalaa.

Seiring dengan RUPST ini, PT Vale juga tetap pada peta jalan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2050. Dan untuk komitmen di 2030 melakukan pengurangan Emisi Absolut sebesar 33% (sepertiga).

Perseroan telah berinovasi dengan mengganti ketel diesel dengan ketel listrik. Selain itu, pengoptimalan tiga pembangkit listrik tenaga air di Sorowako juga tetap dilakukan, yang berkontribusi hingga 32% untuk operasional pabrik di sana.(*)