Peringati Hari Pahlawan, Mentan SYL Panen Padi Aplikasi Biosaka di Blitar

Kamis, 10 November 2022 | 19:41 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

BLITAR, GOSULSEL.COM — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen padi aplikasi Biosaka seluas 57 ha di Gapoktan Tani Rahayu, Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Kamis (10/11/2022).

“Sekarang ini pupuk di dunia langka, tetapi saya berharap ini bukan menjadi persoalan bagi Indonesia. Insya Allah melalui orang-orang yang tulus dan ikhlas ini ada gantinya, salah satunya Biosaka ini. Biosaka sendiri diambil dari kata Bio atau hayati/ tumbuhan. Adapun saka itu singkatan selamatkan alam dan kembalikan ke alam. Biasanya kearifan-kearifan lokal seperti ini memang lebih efektif,” ujar Mentan SYL.

SYL juga mengatakan bahwa Biosaka terbuat dari rerumputan yang ada di sekitar persawahan lalu dicampur dengan air dan diremes manual menggunakan tangan. Untuk membuat Biosaka, minimal terdapat 5 jenis rumput/ daun yang sehat sempurna. Peremasan dilakukan kurang lebih 10-15 menit hingga ramuan homogen, tidak bisa pakai mesin blender, bisa langsung diaplikasikan ke tanaman dengan dosis tertentu dan bisa juga di simpan hingga 5 tahun.

“Oleh karena itu, Blitar harus jadi contoh dan lokomotif besok terhadap produktivitas yang kuat kualitasnya harus lebih baik dan rakyatnya harus lebih sejahtera lebih khusus hari ini, hari pahlawan. Siapakah pahlawan itu? Ya Petani lah. Negara ini bisa Merdeka bukan hanya dengan senjata tetapi ada pertanian yang menyediakan pangan. Saya berharap ini menjadi gerakan-gerakan di daerah lain, karena dengan ini penggunaan pupuk dapat dikurangi serta kesehatan lahan pun dapat terjaga,” tambah Mentan Syahrul.

Sebagai informasi, Jumlah aplikasi biosaka di kabupaten Blitar seluas 12.000 ha tersebar di 22 kecamatan di Kabupaten Blitar diaplikasikn pada: padi, jagung, kedelai, melon, cabai, tomat, kacang panjang, buncis, brokoli, kubis, jeruk, kopi, terong dan belimbing. Untuk di Kecamatan Selopuro pengaplikasian Biosaka di tanaman padi seluas 57 ha, dengan Varietas Inpari 32, Intani, Ciherang dan Ketan Hitam. Produktivitas Biosaka 8.9ton/ha versus non Biosaka 7 ton/ha, hemat pupuk kimia 50- 70%, sehingga dapat menambah keuntungan Petani.

Bupati Blitar, Rini Syarifah mengatakan salah satu permasalahan memang sarana produksi. Selama ini yaitu kurangnya alokasi pupuk subsidi sehingga diperlukan inovasi teknologi yang murah efisien dan mudah di aplikasikan oleh petani salah satu inovasi teknologi yaitu aplikasi biosaka yang dapat mengurangi penggunaan pupuk sampai dengan 50%.

“Untuk itu saya menyambut baik temuan ini Dan berharap bisa dikembangkan pada seluruh lahan pertanian yang ada di Kabupaten Blitar. Karena tanaman organik bertujuan untuk efisiensi biaya produksi petani, bahannya murah dan mudah didapat serta ramah lingkungan karena dibuat dari bahan organik sehingga bisa menghasilkan beras yang sehat yang tidak banyak akumulasi zat kimia,” jelas Bupati Blitar, Rini Syarifah.

Pada Kesempatan yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengungkapkan Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, tetapi elisitor berperan sebagai signaling bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, lahan menjadi lebih subur. Biosaka ini disebut elisitor dari ilmu epigenetik bisa didekati ilmu kinesiologi, sudah banyak riset dan jurnal tentang elisitor.

“Di lokasi ujicoba demplot standingcrop jagung, padi dan tanaman lainnya dengan biosaka lebih bagus dibandingkan tidak biosaka, produksi lebih tinggi dengan hemat 50% pupuk kimia. Dilakukan uji laboratorium menunjukkan bahwa biosaka bukan rumput dan kandungan hormon, spora dan bakterinya tinggi, bagus sebagai PGPR, ZPT dan sejenisnya, kajian lanjut dengan LCMS dan PCR segera selesai dan kini ada 2 orang ITB sedang riset disini, welcome untuk akademisi dan peneliti meneliti Biosaka. Ini sudah banyak petani di daerah lain menerapkan biosaka, semakin meluas,” jelas Suwandi.

“Manfaat ramuan biosaka biaya nol rupiah, gratis, dapat dibuat sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman, hemat biaya pupuk kimia dan pestisida kimiawi sintetis hingga dua juta rupiah di Blitar ini, meminimalisir serangan hama penyakit, lahan menjadi subur dan produksi lebih bagus,” tambahnya.(*)


BACA JUGA