Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi

Sulsel Punya Potensi Besar, BI Sulsel: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Tetap Kuat di 2023

Rabu, 30 November 2022 | 16:56 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Sejalan dengan arah perkembangan ekonomi nasional, ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2022 mengindikasikan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut disertai dengan inflasi yang meningkat.

Pelonggaran mobilitas masyarakat di tengah semakin terkendalinya pandemi, berlanjutnya berbagai program kebijakan stimulus dan meningkatnya harga komoditas global, disamping memberi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada kenaikan harga-harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat.

pt-vale-indonesia

“Inflasi Sulsel diperkirakan berada di atas rentang sasaran 3±1% pada akhir 2022. Peningkatan inflasi hingga Oktober utamanya dikontribusikan oleh komoditas angkutan udara, angkutan dalam kota, minyak goreng, dan bensin yang dipengaruhi oleh harga komoditas dan energi global. Berdasarkan kelompoknya, kendala pasokan bahan pangan yang turut dipengaruhi faktor cuaca yang kurang kondusif juga telah mengakibatkan peningkatan inflasi bahan pangan pada tahun 2022,” ucap Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi, Rabu (30/11/2022).

Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja ekonomi didorong oleh peningkatan pertumbuhan LU Transportasi dan Pergudangan serta LU Akomodasi dan Makan-Minum, dan tetap kuatnya pertumbuhan LU Perdagangan dan LU Industri Pengolahan. LU Transportasi serta Akomamin menjadi penggerak perekonomian dengan pertumbuhan yang meningkat tinggi sejalan dengan peningkatan pajak hotel dan restoran dan jumlah penumpang pesawat yang naik signifikan.

“LU Industri Pengolahan dan LU Perdagangan masih tumbuh kuat sejalan dengan meningkatnya impor bahan baku dan meningkatnya indeks penjualan riil dan indeks keyakinan konsumen. Dari Sisi Pengeluaran, motor pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, perbaikan konsumsi Pemerintah seiring percepatan realisasi anggaran belanja, serta peningkatan kegiatan investasi,” jelas Fadjar.

Dari sisi kinerja eksternal, surplus neraca perdagangan Sulawesi Selatan terus berlanjut hingga triwulan III 2022 ditengah peningkatan impor bahan baku seperti gandum dan besi paduan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan yang sedang meningkat. Surplus neraca perdagangan dapat terjaga seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekspor nikel, besi baja, dan rumput laut yang merupakan bahan baku bagi industri di negara mitra dagang, terutama Tiongkok dan Jepang.

Selama tahun 2022, intermediasi perbankan di Sulsel terus membaik, ditandai oleh pembiayaan perbankan ke sektor Rumah Tangga, Korporasi, UMKM, dan perbankan yang terus meningkat, dengan risiko kredit (NPL) yang terjaga. Aktivitas perekonomian yang meningkat juga dibarengi dengan perkembangan positif sistem pembayaran digital. Jumlah merchant dan pengguna QRIS (Quick Response Indonesian Standard) terus bertambah.

“Pada Oktober 2022, telah terdapat tambahan lebih dari 341 ribu pengguna baru QRIS, menempatkan Sulsel sebagai provinsi dengan pengguna QRIS terbanyak ke-5 nasional, ungkap Fadjar.

Memasuki tahun 2023, risiko terjadinya resesi global akan membawa dampak bagi perekonomian nasional dan Sulsel. Risiko ini akan memunculkan perilaku wait and see dari para investor dalam merealisasikan investasinya. Namun demikian, Sulsel memiliki potensi dan modal yang besar untuk dapat tumbuh kuat baik dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja, dan dari posisinya sebagai hub kawasan timur Indonesia.

Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, peningkatan produksi bahan pangan Sulsel berpeluang terus didorong untuk memenuhi kebutuhan nasional yang terus meningkat. Produksi dan hilirisasi nikel akan tetap tumbuh seiring dengan meningkatnya potensi pasar terkait tren kendaraan listrik dengan baterai berbahan baku nikel. Hadirnya beberapa kawasan industri di Sulsel yang didukung oleh iklim investasi yang kondusif dan komitmen pemerintah daerah juga menjadi keunggulan Sulsel dibandingkan daerah lain.

Meredanya pandemi yang terus diiringi peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat menjadi peluang yang besar untuk peningkatan penyediaan barang dan jasa dari dunia usaha pada berbagai sektor. Potensi Sulsel yang besar tersebut diharapkan membawa optimisme pada pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat pada tahun 2023.

Pengendalian inflasi untuk menjaga daya beli dan belanja masyarakat menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi yang terus diperkuat melalui sinergi dan komitmen berbagai pihak. Implementasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) serta program-program untuk mendukung kelancaran distribusi dan pemenuhan pasokan bahan pokok, termasuk program yang dilaksanakan pada Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) tahun 2022 juga ditujukan dan dilanjutkan untuk menahan inflasi bahan pangan sampai dengan 2023.

Peningkatan produktivitas pertanian, salah satunya melalui program Mandiri Benih, juga berlanjut, disertai Komitmen pemerintah untuk mencapai target produksi komoditas utama pada tahun 2023 dengan tambahan alokasi anggaran dari Kementerian Pertanian. Selain itu, tekanan imported inflation juga diperkirakan mereda seiring dengan mulai melandainya harga komoditas dunia.

“Dengan potensi dan risiko yang dihadapi, serta dengan berbagai kebijakan dan program di daerah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi, Bank Indonesia memprakirakan bahwa perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh kuat di tahun 2023 pada rentang 4,6%-5,4% dengan inflasi yang tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi Nasional 3,0±1%,” beber Fadjar.

Selanjutnya dengan mengedepankan sinergi dan inovasi dalam mendorong investasi, pengembangan sektor pendukung ekspor dan substitusi impor, pariwisata, serta pengembangan infrastruktur, Sulsel akan mengalami pertumbuhan yang akan semakin meningkat ke depannya.

Optimisme perekonomian Sulsel 2023 juga didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah daerah. Dalam arahan strategis Gubernur Sulawesi Selatan yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintah daerah akan berfokus pada upaya-upaya meningkatkan infrastruktur, mengatasi kesenjangan pendapatan, mengatasi penurunan produktivitas komoditas unggulan Sulsel, dan mendorong potensi sumber pertumbuhan ekonomi baru, baik melalui hilirisasi industri pengolahan maupun dengan mengembangkan komoditas lain yang memiliki struktur hulu yang kuat.

Beberapa proyek infrastruktur prioritas yang akan dilaksanakan di Sulsel dalam 3 tahun ke depan diantaranya penyelesaian proyek jalur kereta api Makassar-Parepare, pembukaan dan penguatan kawasan industri (KIMA, KI Bantaeng, KIPAS Parepare, dll), pembangunan jalur irigasi yang terkoneksi dengan bendungan yang telah terbangun, serta peningkatan kualitas jalan

Dalam menjalankan fungsi dan tugas di daerah, BI Sulsel secara rutin melakukan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan liaison kepada para pelaku usaha di wilayah Sulsel. Pada ajang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 ini, BI Sulsel memberikan apresiasi kepada responden SKDU terkooperatif (Eastern Pearl Flour Mills, Sermani Steel, dan Hadji Kalla) dan kontak liaison terkooperatif (Bogatama Marinusa, Asia Sejahtera Mina, dan Biota Laut Ganggang) selama tahun 2022. Selain itu, BI Sulsel juga menyerahkan secara simbolis hadiah bagi pemenang Kompetisi Artikel Perekonomian Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2022.

“Sinergi dan inovasi menjadi kunci dalam upaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel 2023. Sinergi Bank Indonesia, Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan, dan pelaku usaha akan semakin diperkuat untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel yang kuat dan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia maju,” tutup Fadjar.(*)


BACA JUGA