Dosen Universitas Bosowa Bantu Kembangkan Usaha Perikanan di Desa Mattiro Baji

Senin, 26 Desember 2022 | 13:32 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Selain melaksanakan pengajaran, Dosen Universitas Bosowa (Unibos) juga tetap melaksanakan tri dharma perguruan tinggi lainnya. Ialah penelitian dan pengabdian masyarakat.

Kali ini, Dosen Unibos melakukan pengabdian kepada masyarakat. Baik dalam pendampingan pengembangan keterampilan masyarakat maupun melakukan bakti sosial.

pt-vale-indonesia

Pada tahun 2022 ini, Dosen Unibos bekerjasama dengan Desa Mattiro Baji, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Pangkep dalam program kemitraan masyarakat (KKM). Di mana melakukan pendampingan pengembangan usaha perikanan, Minggu (25/12/2022).

Salah satu kegiatan dalam program ini adalah pendampingan nelayan untuk melakukan divesifikasi usaha dan produk. Misalnya pendampingan proses produksi rajungan yang dapat menghasilkan daging rajungan yang standar ekspor dan pendampingan nelayan dalam budidaya ikan kerapu yang standar ekspor.

Kedua UMKM ini menjadi kegiatan utama dalam program kemitraan. Tujuannya, untuk meningkatkan pedapatan nelayan.

Tim pelaksana program KKM ini diketuai oleh Hasanuddin Remmang bersama tim dosen Unibos. Mereka tmmelakukan pendampingan dan pembinaan secara intensif dan sustainable dengan melibatkan instansi terkait/pakar melalui pelatihan pengembangan usaha dengan beberapa materi.

Termasuk proses produksi ber-layout dengan standar kualitas ekspor, staregi pemasaran berorientasi ekspor, pelayanan dan kemasan produk yang berkualitas dan memuaskan konsumen, metode penyusunan studi kelayakan usaha. Serta pendampingan pembuakuan dan laporan keuangan sesuai standar akuntansi.

Atas dasar tersebut, tim pelaksana program melakuan pendampingan secara intensif baik dalam proses produksi maupun pada aspek pemasaran kepada mitra yang dalam hai ini UD Mattiro Baji dan Muh Tahir. Agar pendapatan usaha lebih meningkat dibanding sebelumnya.

Pendapatan usaha yang didapat mitra setelah dilakukan sistem petik olah jual adalah meningkat 25 persen dibanding penjualan secara ekoran dalam takaran kilogram, yakni rata-rata Rp17.119.542,59 setiap bulannya sebelum dikurangi biaya faktor produksi (upah tenaga kerja, listrik, air bersih, kemasan dan trasportasi dll).

Hasanuddin menyatakan bahwa daging rajungan dari desa sangat terkenal di Amerika selatan karena negara tersebut permintaanya meningkat. “Pemasaran untuk pasar luar negeri telah bekerjasama dengan pedagang besar/eksportir yakni Philips di KIMA Makassar,” ujarnya.

Hasanuddin juga mengatakan bahwa untuk menyiasati perkembangan permintaan daging rajungan, maka perlu adanya upaya mengalihkan sumber bahan baku/pembelian yang bersifat lokal dan diperluas ke daerah lain seperti di Kabupaten Luwu, Sorong dan Takalar agar permintaan pasar dapat terpenuhi.

“Selanjutnya, permintaan yang makin meningkat pada komoditi ini akan tetapi yang perlu diperhatikan dan dijaga keberadaannya adalah mutu produk,” tukasnya. (*)


BACA JUGA