Anshar, Penggagas Biosaka Sabet Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya dari Gubernur Jawa Timur
SURABAYA, GOSULSEL.COM — Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 merupakan momentum yang sangat membanggakan bagi petani milenial asal Blitar, Jawa Timur, Muhamad Ansar yang merupakan penggagas atau inovator elisitor Biosaka.
Pada upacara Hari Lahir Pancasila di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (01/06/2023), Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menganugerahkan langsung lencana Penghargaan Jer Basuki Mewa Beya kepada para pihak yang memiliki dedikasi yang luar biasa terhadap Provinsi Jatim, salah satunya Muhamad Ansar, sang inovator Biosaka.
“Dalam memperingatin Hari Lahir Pancasila 2023, pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan Jer Basuki Mewa Beya kepada setiap orang yang berjasa dan berprestasi dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu serta bermanfaat besar bagi Provinsi Jawa Timur,” demikian dikatakan Khofifah pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila sekaligus pemberian lencana perhargaan tersebut.
“Pemanfaatan Biosaka menjadi teknologi yang mudah dan murah diterapkan oleh petani dalam menekan biaya produksi dan menciptakan efisiensi usaha tani,” sambungnya.
Perlu diketahui, penganugerahan lencana penghargaan tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Jatim Nomor 188/250/KPTS/013/2023 tentang Penerima Lencana Penghargaan Jer Basuki Mewa Beya Dalam Rangka Peringatan Hari Lahir Pancasila Provinsi Jawa Timur Tahun 2023.
Ansar, sang inovator Biosaka mengaku sangat bahagia mendapat penghargaan di momentum peringatan Hari Lahir Pancasila. Menurutnya penghargaan dari Gubernur Jawa Timur memiliki makna yang begitu dalam karena dikategorikan sebagai masyarakat yang memiliki jasa yang besar terhadap kemajuan Provinsi Jawa Timur, seperti halnya para pahlawan terdahulu.
“Di balik pencapaian penghargaan ini, ada pihak yang sangat berperan. Tanpa mereka sangat tidak bisa raih penghargaan ini. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dan Pak Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi atas dukungan dan bimbinganya yang begitu total terhadap Biosaka. Saya ucapkan terima kasih juga ke Prof Robert Manurung, guru besar ITB yang menjadi mentor Biosaka dan juga kepada dokter Hanson,” ucapnya.
Anshar menuturkan Biosaka adalah sebuah gerakan dan pemberdayaan petani dan sudah menyebar di seluruh provinsi dan ribuan kecamatan dan desa. Petani yang sudah praktek Biosaka merasakan manfaatnya dan sistem getok tular menyebar dan meluas di petani di saat ada kesulitan pupuk.
“Banyak petani merasakan langsung manfaatnya, kenaikan produksi, penggunaan pupuk kimia berkurang dan efisien biaya usaha taninya,” tuturnya.
Dia menegaskan Biosaka itu bukan barang pabrikan, tidak bisa dibuat dengan mesin, blender, tumbuk, tidak dijualbelikan, tetapi dibuat sendiri dengan tangan petani. Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, bukan hormon, bukan enzim tetapi elisitor sebagai signaling bagi tanaman.
“Sehingga sel-sel pada akar dan tanaman lebih giat bertumbuh dan berproduksi, gratis buatan sendiri, tidak ada risiko bagi tanaman dan orang, menghemat pupuk kimia sintetis dan pestisida kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, menyuburkan lahan dan menjaga produksi,” terang Ansar.
“Mari wujudkan tanah nusantara sebagai land of harmony dan cita cita luhur Indonesia Feed the World 2045,” pinta Anshar.(*)