Kementan Mulai Persiapkan Pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVII
JAKARTA, GOSULSEL.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai langkah persiapan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Sosial Ekonomi Pertanian (PENAS) Petani Nelayan. Berdasarkan hasil Rembug Utama PENAS Petani Nelayan XVI di Padang, Sumatera Barat, disepakati bahwa pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVII akan dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2026.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SY) menyatakan bahwa PENAS Petani Nelayan memiliki peran yang sangat strategis dan harus menjadi bagian dari upaya konsolidasi bersama dalam menjaga ketahanan pangan nasional di tengah ancaman krisis pangan dan fenomena El Nino. Mentan Syahrul menambahkan bahwa PENAS Petani Nelayan berperan dalam mengkonsolidasi kekuatan dan potensi pertanian, terutama dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
“PENAS Petani Nelayan harus menjadi puncak komunikasi emosional kita dan menjadi sangat penting untuk menyatukan visi dan pandangan kita dalam menghadapi berbagai tantangan”, tegas Mentan Syahrul.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa PENAS Petani Nelayan diharapkan menjadi komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan pertanian melalui berbagai program dan kebijakan di setiap daerah untuk mengantisipasi krisis pangan global serta menjaga kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Selain itu, inovasi dan teknologi yang ditampilkan dalam PENAS Petani Nelayan dapat didiseminasi dan diimplementasikan di daerah asal masing-masing.
Kabadan Dedi mengajak seluruh petani, nelayan, hingga pelaku usaha tani untuk mulai menentukan rencana tindak lanjut dalam mengembangkan usaha agribisnis dan perikanan guna meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, kemandirian, serta daya saing petani dan nelayan. Harapannya agar kegiatan ini dapat menggerakkan perekonomian pedesaan serta menciptakan lumbung pangan berbasis komoditas lokal di daerah masing-masing.
Sebagai langkah awal pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVII, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan) bersama-sama dengan Ketua Umum KTNA Nasional, Ketua KTNA Provinsi Gorontalo, dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo melakukan audiensi dengan Penjabat Gubernur Gorontalo pada Kamis (03/08/2023) di Rumah Jabatan Kantor Gubernur Gorontalo.
Pejabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya, menyampaikan bahwa Provinsi Gorontalo siap menjadi tuan rumah PENAS Petani Nelayan XVII tahun 2026. Rencananya, segala sesuatunya terkait pelaksanaan PENAS Petani Nelayan akan segera disiapkan, dengan anggaran persiapan mulai dari tahun 2024 hingga 2026. Ismail juga menyadari bahwa pada tahun 2024, akan ada pelaksanaan pesta demokrasi sehingga perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran.
“Mudah-mudahan pada tahun 2025 Gubernur Gorontalo definitif bisa melanjutkan persiapan pelaksanaan PENAS Petani Nelayan, karena ini menyangkut nama daerah yaitu Provinsi Gorontalo. Apalagi PENAS Petani Nelayan adalah hajat nasional petani Indonesia”, ungkapnya.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, menyampaikan bahwa audiensi ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVII Tahun 2026 di Provinsi Gorontalo. Pemerintah Provinsi Gorontalo diyakini mampu memenuhi persyaratan pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVII. Koordinasi akan sering dilakukan, termasuk dukungan anggaran, dan Gubernur Gorontalo sangat siap dan berkomitmen untuk mensukseskan PENAS Petani Nelayan XVII.
Bustanul berharap bahwa dengan dilaksanakannya PENAS Petani Nelayan XVII di Gorontalo, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan keuntungan bagi masyarakat Gorontalo, sekaligus mempromosikan daerah tersebut sebagai tuan rumah. Acara ini akan dikunjungi oleh petani dan nelayan dari seluruh Indonesia.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Umum KTNA Nasional, M. Yadi Sofyan Noor, yang yakin bahwa Pemerintah Gorontalo siap dan mampu melaksanakan PENAS Petani Nelayan XVII. Sofyan berharap agar masyarakat Indonesia mengenal PENAS Petani Nelayan secara keseluruhan, karena kegiatan ini melibatkan transaksi besar antara petani dan nelayan dari seluruh Indonesia dengan stakeholder atau pengusaha pertanian, pameran hasil pembangunan pertanian, perikanan, kehutanan, temu-temu usaha dan agribisnis, serta gelaran teknologi dan lain sebagainya.(*)