Optimalkan Peran Wanita Tani, Kementan Terus Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Sabtu, 28 Oktober 2023 | 20:02 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Kementerian Pertanian (Kementan) terus memaksimalkan peningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pertaniannya termasuk peningkatan kapasitas untuk wanita taninya. Saat ini, ancaman El Nino serta krisis pangan global yang semakin terlihat, membuat Kementan mengajak para penyuluh, petani dan stakeholder pertanian lainnya untuk mempersiapkan diri dan melakukan langkah adaptasi dan mitigasi.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa peran perempuan dalam pembangunan pertanian dinilai sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan.

pt-vale-indonesia

“Hal ini dikarenakan perempuan dianggap dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan taraf ekonomi pertanian dan menjaga ketahanan pangan seperti dalam mengupayakan diversifikasi pangan dengan mengonsumsi pangan lokal sekaligus menyediakan pangan untuk konsumsi,” ungkap Kabadan Dedi.

Kabadan Dedi pun terus mendorong peningkatan kapasitas SDM pertanian, peningkatan pendapatan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, dan peningkatan ekspor komoditas pertanian. “Ketiga tujuan ini mustahil berhasil tanpa ditopang oleh SDM yang kompeten,” sebut Kabadan Dedi.

Peningkatan nilai tambah komoditas pertanian selain dapat mempertahankan dan menambah kualitas hasil pertanian juga dapat menambah nilai ekonomisnya.

“Nilai tambah sektor pertanian memberikan pengaruh yang berarti pada penyerapan tenaga kerja dan sekaligus perkembangan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan nilai tambah pada penyediaan input produksi di antaranya dengan pemanfaatan bibit unggul, serta bahan nutrisi dan pengendali hama penyakit alami,” jelas Kabadan Dedi lagi.

Sedangkan menurut Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan) Bustanul Arifin Caya pada saat mengisi acara Webinar tentang Mitigasi Pemanasan Global dan Kelangkaan Pangan melalui Kelompok Tani Aisiyah, Sabtu (28/10/2023) mengatakan bahwa peningkatan produktivitas pertanian harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan peningkatan kapasitas petani perempuan harus mendukung ketahanan pangan nasional.

“Karena tujuan pembangunan pertanian harus mampu menyediakan pangan bagi 273 juta jiwa, harus mampu meningkatkan kesejahteraan petani, memanfaatkan peluang ekspor,” tegas Bustanul.

Selain itu harus bisa menjaga pasukan supply di pasar sesuai dengan harga konsumen dan produsen. “Pertanian harus diurus dari hulu sampai hilir dan harus mampu mengelola usahanya berbasis wirausaha atau agribisnis,” ujar Bustanul.

Ia menambahkan, “Saya sangat menyambut baik program dari Webinar ini. Karena dukungan peranan wanita dalam pembangunan pertanian sangatlah dibutuhkan. Apalagi saat ini, Indonesia masih mengahadapi iklim yang ekstrem dan El Nino maka harus mengarah pada pertanian modern, urban farming atau Climate Smart Agriculture (CSA) yang mengajarkan pertanian tahan terhadap cuaca dan iklim serta mampu meningkatkan produksi dan produktivitas.”

Berdasarkan ramalan BMKG maka ada tahun ini Musim Tanam atau Rendeng akan mundur selama 1 hingga 10 hari. Maka, pastikan di lapangan kebutuhan pangan tersedia. Peran penyuluh harus selalu ada dan siap mengawal untuk ketersediaan saprodi, pengolahan tanah, pengolahan

“Penyuluh harus mengawal petani dalam suka dan duka,” ucap Bustanul.

Bustanul menjelaskan dalam era digitalisasi saat ini ada empat peran penyuluh pertanian. Yaitu sebagai fasilitator, formulator, inovator dan konsultan agribisnis. Sebagai fasilitator penyuluh harus mampu mengidentifikasi permasalahan petani, sebagai formulator harus mampu merumuskan dan sebagai inovator harus mampu menyebarluaskan ifnormasi, ide-ide dan teknologi baru kepada petani. “Terakhir sebagai konsultan agribisnis penyuluh harus mampu memberikan saran, arahan dan jalan keluar yang tepat kepada petani,” jelas Bustanul.

“Fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan harus dimaksimalkan kembali, hal ini sebagai langkah untuk memperkuat kelembagaan dan yang tidak kalah pentingnya adalah transformasi kelembagaan petani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP),” sebut Bustanul.

Tidak hanya kelembagaan dan ketenagaan penyuluhan, Bustanul dalam kesempatan tersebut juga mendorong penumbuhkembangan kelembagaan tani, salah satunya melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) yang merupakan kelembagaan petani yang anggotanya terdiri dari kumpulan wanita dalam kegiatan pertanian produktif pada skala rumah tangga yang memanfaatkan atau mengolah hasil-hasil pertanian maupun perikanan, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.

“Sudah banyak KWT yang kuat dan sukses, bisa menjadi contoh bagi kelompok-kelompok Wanita Tani Aisiyah. Bahkan lembaga asing melihat peran perempuan sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan rumah tangganya dengan menghasilkan sesuatu yang produktif,” tutup Bustanul.(*)


BACA JUGA