Gonjang-Ganjing Politik Maros

Kamis, 12 September 2024 | 16:46 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

Oleh: Dr. Azhari Ismail, SE,. M.Si, Akademisi STIM LPI Makassar

MAROS, GOSULSEL.COM-Belakangan ini masyarakat Kabupaten Maros digegerkan dengan situasi dan kondisi politik yang terjadi menjelang masa penetapan pasangan calon pada Pilkada Maros 2024.

pt-vale-indonesia

Adalah adanya informasi yang beredar bahwa satu-satunya calon wakil Bupati (cawabub) Suhartina Bohari yang dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) pencalonan oleh KPUD Kabupaten Maros, berdasarkan hasil dari pemeriksaan tim kesehatan RS Unhas.

Sontak kabar tersebut menjadi perbincangan hampir semua tempat di daerah ini, melahirkan spekulasi di tengah masyarakat “ada apa dengan politik Maros saat ini”?

Yang lebih menghebohkan lagi karena seiring dengan TMS itu, KPUD menyampaikan proses pergantian wakil sebagaimana yang diatur dalam PKPU tentang proses pergantian sekiranya ada bacalon yang dinyatakan TMS. Mengingat waktu yang diberikan hanya 3 hari sejak penyampaian TMS.

Gerak cepat parpol pengusung untuk melakukan konsolidasi dalam rangkah memilih pengganti berjalan begitu dramatis. Ini memunculkan spekulasi di kalangan masyarakat tentang siapa yang akan menjadi pengganti tersebut.

Terlepas dari peristiwa di atas, yang menarik sesungguhnya adalah, opini publik tentang penyebab TMS pasangan Chaidir Syam itu, yang terindikasi penyalahgunaan obat terlarang.

Ini menggemparkan masyarakat dan menimbulkan beragam pertanyaan di tengah masyarakat. Salah satu pertanyaan yang menarik itu adalah apa mungkin ada calon yang sedungu itu mengkonsumsi obat terlarang sementara dia tau bahwa akan ada pemeriksaan kesehatan bagi calon kepala daerah? Apa mungkin pengetahuan calon sangat minim tentang penyalahgunaan obat terlarang adalah hal yang sangat fatal bagi dirinya?

Spekulasi-spekulasi semakin bermunculan di tengah masyarakat, argumentasi yang terbangun menjadi liar, bergerak sekehendak isi kepala masyarakat yang memang menimbulkan banyak kecurigaan atas apa yang terjadi.

Sementara itu, informasi tentang hasil tes kesehatan peserta pemilukada berdasarkan regulasi yang ada hanya di ketahui oleh pihak tim dokter, penyelenggara dan calon. Selain itu, tidak ada yang mengetahui pasti apa hasil tes kesehatan peserta Pemilukada. Hal inilah yang memunculkan spekulasi dan kebenaran adanya informasi TMS calon.

Opini masyarakat menjadi liar, mungkinkah ada tangan kotor yang ikut bermain?

Peristiwa politik itu selalu menarik untuk dibicangkan, kekuatan argumentasi menjadi senjata ampuh untuk meraih simpati masyarakat pemilih.

Kendatipun issue penyalahgunaan narkotika pada akhirnya dibantah oleh Cawabup yang dinyatakan TMS dengan menghadirkan bukti hasil tes dari BNN, tidak serta merta mengembalikan posisi Cawabup pada kondisi sebelumya.
Hal ini semakin membuat gonjang-ganjing di tengah masyarakat, serta membuat sebagian orang berpikir semakin liar, mungkin ada tangan nakal yang ikut bermain (impossible hand), wallahualam..

Tidak sampai disitu perbincangan kondisi politik Maros. Setelah proses politik dilakukan dan memunculkan pengganti calon wakil Bupati, issue berikutnya yang muncul adalah putra daerah. Masyarakat mempertanyakan alasan memilih pengganti yang bukan asli daerah.

Bagi saya, putusan mengambil calon pengganti bukanlah hal yang mudah. Tentu melahirkan perdebatan sengit di kalangan parpol pengusung dan bukan hal yang salah sekiranya partai pengusung menyodorkan kadernya untuk dipilih.

Memilih pengganti wakil dari golongan birokrasi bagi sebagian orang tentu pilihan yang bijak di tengah semua parpol menyodorkan kader. Memilih dari birokrasi adalah pilihan yang tepat terlepas dari plus dan minusnya.

Sementara issue putra daerah sesungguhnya issue yang tidak lagi menarik dibincangkan di tengah politik modern.

Pemilukada sesungguhnya perang ide dan gagasan para calon. Pemilukada menjadi ajang menguji isi kepala para calon, serta komitmen terhadap pembangunan daerah, sikap primordial politik tidak lagi menjadi wacana politik modern saat ini.

Generasi milenial yang jumlahnya begitu banyak hari ini, tidak terjebak pada soal-soal kedaerahan. Mereka hanya menginginkan kepastian dan keberpihakan atas kepentingan mereka hari ini.

Mempertentangkan putra daerah dan non putra daerah sesungguhnya membuat kita berpikir jauh ke belakang. Hari ini yang dibutuhkan adalah calon pemimpin yang memiliki kompetensi dan integritas dalam melakoni kepemimpinannya.

Tanralili, 12 September 2024


BACA JUGA