Demokrasi, Kebhinekaan, dan Masa Depan Maros: Mengapa Kita Butuh Pemimpin yang Realistis dan Berpengalaman

Jumat, 08 November 2024 | 14:40 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM — Masyarakat yang demokratis adalah kehidupan bersama setiap warga, tanpa memandang latar belakang biologis dan sosial, memiliki martabat sebagai mahluk manusia yang bebas. Martabat sebagai manusia bebas ini melahirkan manusia dengan segala hak-haknya, khususnya hak untuk memiliki keyakinan dan tidak bisa diubah secara paksa oleh siapapun juga.

Tentunya kita masih ingat dengan adagium yang berbunyi “Bersatu kita teguh, dan bercerai kita runtuh”. Pernyataan itu jelas tidaklah salah. Masalahnya adalah terkadang kita menjadi apatis terhadap sisi lain, kenyataan mendasar, bahwa kita ini memang berasal dari asal usul yang berbeda, Karena cara pandang yang berbeda sejak lama dan terpelihara dalam kehidupan kita terbentuk menjadi homogen dan tidak bisa menerima suatu perbedaan yang nyata atau heterogenitas sosial budaya kita. Kata “bhineka” lebih hidup dalam simbol, tetapi hampir tanpa makna yang benar-benar diresapi.

pt-vale-indonesia

Banyak yang tidak menyadari ketika di era sekarang ini kita menganggap bisa bebas berbicara tentang apa yang kurang baik dan tentang bagaimana mestinya sesuatu harus dilakukan, serta ketika kita mengembangkan cara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak sentralistik dan lebih memberi otonomi yang nyata kepada daerah khususnya di kabupaten dan kota kita malahan menjadi saling berhadapan untuk mencari menang, atau sekedar memperoleh yang lebih banyak lagi.

Dalam kondisi seperti itu pula, kita banyak menyaksikan bagaimana benturan-benturan antar golongan dan etnik kemudian “tampil dalam bentuk dan kodratnya yang asli”. Kita kemudian tersinggung, cepat marah dan rela bermusuhan hanya demi sebuah eksistensi suatu golongan atau etnik, bahkan kalau perlu saling memusnahkan antar golongan dan etnik, atau yang lebih menyedihkan lagi adalah kita memisahkan diri dan keluar dari persatuan dan kesatuan kita. Kita merasa sangat sedih, dan bertanya-tanya, bagaimana kita bisa menjadi seperti itu. Kalaupun masih ada yang percaya dengan apa yang dinamakan hikmat, maka pelajaran itulah yang menyadarkan kita, betapa senyatanya heterogenitas, bahwa kebhinekaan dengan berbagai perbedaan yang terkandung adalah sesuatu yang nyata dan merupakan realitas yang tidak bisa dipungkiri dan harus dihadapi.

Mengapa memilih CS-TA?

Pertanyaan di atas mengantar kita pada suatu pemikiran yang kaitannya dengan keberlangsungan pemerintahan Maros mendatang. Hal ini menjadi sesuatu yang layak didiskusikan mengingat momentum pilkada maros 2024 sudah di depan mata. Tulisan ini diperuntukkan untuk khalayak yang bermukim di Maros sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sikap untuk kemudian menjatuhkan pilihan kepada CS-TA (Chaidir Syam dan Muetazim Mansur).

Kesadaran politik yang perlu diketahui masyarakat adalah sebuah proses batin yang menampakkan keinsyafan akan urgensi mengenai urusan kedaerahan dan pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Partisipasi masyarakat dalam memilih calon pemimpin adalah wujud dalam demokrasi yang secara tidak langsung bertanggungjawab atas keutuhan bangsa Indonesia pada umumnya serta Kabupaten dan kota pada khususnya.

Chaidir Syam dan Muetazim Mansyur sebagai calon bupati dan calon wakil bupati Maros sangat layak untuk dipilih. Beberapa kriteria kepemimpinan yang baik bagi keduanya adalah, pasangan tersebut sama-sama punya kemampuan manajemen yang baik, punya strategi dalam bertindak, mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif, dan bertanggungjawab, serta punya tujuan yang jelas dan konsisten untuk mencapainya. Kemampuan yang dimiliki keduanya telah diwujudkan dalam membangun dan berkonstribusi di Maros.

Pengalaman yang mumpuni oleh Chaidir Syam sejak di DPRD hingga menjadi bupati dengan tagline Maros Keren, sedangkan pengalaman Muetazim Mansur selama 25 tahun mengabdi sebagai birokrat bukanlah waktu yg pendek. Ia curahkan tenaga dan pikirannya dalam melaksanakan pembangunan bumi Buttasalewangang Maros.

Keduanya hadir sebagai pasangan calon bupati dan calon wakil bupati untuk Maros yang kita cintai. Artinya ide atau gagasan mengenai kepemerintahannya ke depan telah ada, perlukah kita mengharap ide atau gagasan kepada kolom kosong? Saya kira kita semua realistis mau menghadapi dan menerima sesuatu yang ada dan nyata di depan mata.

Pasangan CS-TA hadir dan tampil kembali agar bisa dipilih oleh rakyat. Upaya itu menandakan semangat lebih besar untuk melanjutkan program-program kerja pemerintahan yang belum diselesaikan. Kita tidak bisa menafikan bahwa masa kerja Maros keren belum cukup 5 tahun, belum lagi pasca covid di masa itu. Olehnya itu, mari kita berikan ruang kepada Chaidir Syam dan Muetazim Mansur untuk Kembali memimpin Maros yang kita cintai. Apa yang menjadi kekurangan dalam pemerintahan sebelumnya tentu akan diperbaiki setelah terpilih kembali.(*)


BACA JUGA