
Indosat Menatap Masa Depan Cerah, Pendapatan Diproyeksi Tetap Bertumbuh pada 2025
JAKARTA, GOSULSEL.COM – Indosat Ooredoo Hutchison dengan emiten ISAT diproyeksi tetap bertumbuh pada tahun 2025 ini, bahkan bisa berlanjut dua tahun kedepan. Permintaan internet cepat nasional menjadi salah satu pendorongnya. Hal ini pun menjadi kabar bahagia bagi perusahaan yang baru melakukan merger antara Tri dan IM3.
Analis IPOT, Angga Septianus, menilai ISAT masih memiliki ruang pertumbuhan untuk tahun fiskal 2025 atau FY25 meskipun lebih terbatas. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan data. Di mana menciptakan tekanan kompetitif.

Menurut Angga, industri telekomunikasi tengah berada dalam fase konsolidasi. Perusahaan tidak lagi agresif melakukan ekspansi, melainkan fokus menata ulang strategi. “TSEL sebagai market leader menurunkan harga untuk bersaing, memberi tekanan ke ISAT, meskipun risiko perang harga cukup minim,” ujarnya.
Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy menilai tren kartu SIM murah yang sempat menekan kinerja ISAT pada 2024 kini sudah mulai mereda. Hal ini terlihat dari harga paket perdana yang mulai naik. Meski begitu, tantangan tetap ada. Kelesuan ekonomi berpotensi menekan daya beli. Baik Angga maupun Paulus menilai hal ini dapat membatasi laju pertumbuhan pendapatan ISAT pada 2025.
Proyeksinya, pendapatan masih akan tumbuh, tetapi terbatas di kisaran 3% YoY.
Menurut, riset Ajaib tertanggal 3 Februari 2025, pendapatan ISAT pada FY25 diperkirakan naik menjadi Rp 60,1 triliun, dengan kontribusi utama dari layanan seluler yang diproyeksi mencapai Rp 52,1 triliun. Pendapatan diprediksi terus meningkat hingga FY26 ke level Rp 64,4 triliun.
Laba bersih ISAT diperkirakan naik menjadi Rp 5,3 triliun pada FY25, kemudian sedikit menurun ke Rp 5,2 triliun pada FY26. Konsumsi data menjadi faktor utama pendorong, diperkirakan mencapai 15,3 GB per pengguna per bulan. (*)
Agar kinerja tetap bertumbuh dalam jangka panjang, Indosat berkomitmen memperluas jaringan dan infrastruktur, terutama dalam pengembangan 5G. Perusahaan diperkirakan terus berinvestasi pada pembangunan menara BTS dan akuisisi spektrum untuk menjaga daya saing.
Pasar telekomunikasi Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 5,76%, didorong oleh permintaan data dan pengembangan jaringan 5G. Dengan tingkat penetrasi ponsel melebihi 125%, kompetisi antar operator tetap ketat. Karena itu, kualitas jaringan dan strategi harga menjadi kunci. (*)