
Empat Jam di Sumatera Utara: KJRI Hamburg Memikat 650 Pengunjung Lewat Budaya dan Kisah Persahabatan Lintas Negara
SUMUT, GOSULSEL.COM-Suasana hangat dan meriah menyelimuti Kompleks Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hamburg, Rabu malam, saat lebih dari 650 pengunjung memadati arena dalam gelaran Lange Nacht der Konsulate 2025.
Dengan tema Vier Stunden in Nord Sumatra atau “Empat Jam di Sumatra Utara”, KJRI menghadirkan pengalaman budaya yang kaya, memadukan seni, sejarah, musik, hingga kuliner khas provinsi tersebut.

Acara ini bukan sekadar promosi budaya, tetapi juga penghormatan terhadap hubungan panjang dan akrab antara masyarakat Sumatera Utara dan Jerman Utara.
Sorotan khusus tertuju pada kisah Batakhaus di Werpeloh—sebuah rumah adat Batak yang berdiri di tanah Jerman sejak 1978, sebagai bukti nyata persahabatan lintas budaya.
Kisah inspiratif Pastor Matthäus Bergmann, yang meski tak pernah menjejakkan kaki di Indonesia tetap menjalin kedekatan dengan budaya Batak, menjadi penanda hubungan emosional yang mendalam antara dua bangsa.
Tak hanya itu, nama besar Ludwig Ingwer Nommensen, misionaris asal pulau Nordstrand di Laut Utara, juga kembali dikenang malam itu.
Dikenal sebagai tokoh yang berperan besar dalam penyebaran pendidikan dan ajaran Kristen di tanah Batak, jejaknya masih terasa kuat di Sumatra Utara hingga kini.
Semarak budaya Sumatra Utara mewarnai seluruh rangkaian acara. Lagu tradisional diiringi piano klasik menggugah emosi hadirin, disusul hentakan semangat gondang Batak dan workshop menortor yang mengajak para tamu turut menari.
Sementara itu, bazar kuliner menyajikan sajian autentik seperti lontong Medan, mi gomak, dan bika ambon yang langsung diserbu para pengunjung.
Konjen RI Hamburg, Renata Siagian, dalam sambutannya menyatakan, “Lewat acara ini, kami ingin membawa masyarakat Jerman mengenal Sumatra Utara lebih dekat—budayanya, sejarahnya, dan kedekatannya yang istimewa dengan Jerman Utara. Semoga malam ini menjadi jembatan baru yang mempererat persahabatan dan saling pengertian antara Indonesia dan Jerman.” ujarnya.
Acara ditutup dengan penuh antusiasme dan rasa syukur, menegaskan bahwa semangat kebudayaan mampu menjembatani jarak dan mempererat persahabatan antarbangsa. (*)