Dihadiri Wapres ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla, UMI-NUS Gelar Seminar Bersama

Jumat, 09 Mei 2025 | 09:06 Wita - Editor: adyn - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

SINGAPURA, GOSULSEL.COM – Perpustakaan NUS mempersembahkan sebuah acara istimewa merayakan warisan kaya maritim yang menghubungkan Singapura dan Sulawesi melalui lensa manuskrip sejarah di NUS Libraries, Kent Ridge Cresent, Singapura, Rabu (7/5/2025).

Isu yang diangkat pada acara ini adalah manuskrip Daeng Paduppa, sebuah catatan hidup tentang dunia seorang pedagang Bugis bersama dengan berbagai materi penting lainnya yang diambil dari Repositori Bugis-Makassar.

pt-vale-indonesia

Ini adalah sebuah inisiatif kolaborasi antara Perpustakaan NUS, Departemen Kajian Asia Tenggara NUS, dan Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Terpantau hadir langsung, HM Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke 10 dan 12 Republik Indonesia, sebagai tamu kehormatan, bersama para peneliti dan pembicara terkemuka dari NUS dan UMI.

Program ini dibuka dengan pertunjukan tradisional yang memukau oleh Amanca Tumasek, sebuah kelompok yang memiliki ikatan leluhur yang kuat dengan komunitas Bugis-Makassar.

Melalui serangkaian sesi berbagi singkat, acara ini akan mengangkat tema-tema seperti hukum maritim, jaringan perdagangan, gangguan kolonial, dan memori budaya.

Sorotan utama acara mencakup diskusi tentang kode maritim Amana Gappa, pentingnya ilmu pasompe (pengetahuan pelaut), serta warisan masa kolonial.

Seminar yang dinamakan ‘The Maritime Heritage of Singapore and Sulawesi berlangsung dua sesi. Pada sesi pertama menghadirkan tiga pembicara yakni Navigating the Archipelago: A History of Maritime Southeast Asia, Dr. Mohamed Effendy (NUS), Dr. HM, Ishaq Samad, (UMI) dengan topik ‘The Daeng Paduppa Text: Insights into a Bugis Trader’s World’, serta Prof Dr. Ir. Muh Hattah Fattah (UMI), dengan judul ‘The Amana Gappa Code: Cultural Logic and Maritime Law’.

Sementara itu untuk sesi ke dua menghadirkan 4 narasumber antara lain Dr. Donna Brunero dari NUS (Observing the Bugis: Colonial knowledge gathering in Maritime Asia), Ms. Nur Diyana dari NUS (Decolonising Maritime Knowledge: Text, Context, and Challenges), Dr. Sitti Rahbiah dari UMI (Preserving the Ilmu Pasompe: Knowledge of the Seafarer), dan Maritime Memories: Singapore and Sulawesi’s Shared Heritage oleh Dr. Nurjannah Abna (UMI).

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla atau JK, mengungkapkan keberadaan masyarakat Bugis Makassar memiliki peranan penting dalam sejarah terbentuknya negara Singapura.
JK meyakini, masyarakat Bugis Makassar merupakan penduduk yang menginjakkan kaki di daratan Singapura. Jauh sebelum penjelajah Eropa menemukan Singapura, pelaut Bugis sudah mendarat ke pulau ini.

“Masyarakat yang pertama menginjakkan kaki di daratan Singapura adalah orang Bugis sebelum berubah menjadi Singapura Modern,” kata JK

JK menyinggung soal empat karakter utama dalam masyarakat Bugis, yaitu macca (cerdas), warani (berani), magetteng (teguh), dan malempu’ (lurus dan jujur). Karakter-karakter ini dianggap sebagai ethos kepemimpinan yang penting dalam budaya Bugis-Makassar.

“Empat karakter itu membuat kaya. Bukan karena uang, tapi kaya akan ide, inovasi,” papar JK

JK berharap agar Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Nasional University Singapore (NUS) bekerja sama dalam melakukan riset ilmiah terkait masyarakat Bugus Makassar di Singapura.

Sementara itu, Rektor UMI Prof. Dr. H Hambali Thalib, SH, MH, menerangkan, kegiatan ini juga bagian keikutsertaan UMI pada  peringatan 60 tahun Kemerdekaan Singapura dan perayaan 200 tahun persahabatan Orang Bugis-Makassar dengan Masyarakat Singapura pada tahun 2025.

“Tema ini mengajak kita menyadari bahwa laut bukanlah pemisah, melainkan penghubung. Sejarah telah mencatat bagaimana pelaut Bugis dan Makassar menjalin relasi dagang hingga ke Semenanjung Malaya dan sekitarnya. Dari sini, kita belajar bahwa kolaborasi lintas wilayah dan bangsa adalah warisan, bukan hanya tuntutan zaman,” tuturnya.

Dalam kerja sama ini, ia berharap UMI-NUS dapat menggali dan mendokumentasikan warisan sejarah maritim kita secara lebih ilmiah dan berkelanjutan, mendorong kolaborasi riset lintas negara yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan kawasan maritim ASEAN dan membangun pemahaman lintas budaya antara generasi muda Indonesia dan Singapura agar mampu menjadi pelanjut sejarah konektivitas maritim yang harmonis. (*)

Tags:

BACA JUGA