
Finalis Duta Remaja Sulsel 2025 Inisiasi Ruang ASA, Bangun Kreativitas Anak di TPA Antang
MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Membangun semangat pendidikan anak tidak melulu dilakukan melalui pendekatan akademik, tapi juga lewat seni. Hal inilah yang dilakukan oleh I. Sofi Al-fatihah, salah satu Finalis Duta Remaja Sulawesi Selatan (Sulsel) 2025, perwakilan Kabupaten Luwu Timur (Lutim).
Dengan semangat advokasinya, Sofi menggagas program bertajuk Ruang ASA atau Ruang Anak Asah Seni dan Imajinasi yang menyasar anak-anak di kawasan pinggiran kota.

Salah satu lokasi kegiatan perdananya adalah Rumah Belajar Setara di TK Pabbata Ummi, yang terletak di dalam kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Senin (19/5/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Sofi bersama relawan Rumah Belajar Setara dan sejumlah volunteer menggelar kegiatan belajar bersama serta sesi melukis yang penuh warna. Puluhan anak-anak TK tampak antusias menyambut kehadiran mereka dengan senyum ceria dan semangat belajar yang tinggi.
Sofi menjelaskan, Ruang ASA merupakan bagian dari program advokasinya sebagai finalis Duta Remaja Sulsel yang bertujuan menumbuhkan kreativitas anak-anak di wilayah kurang terjangkau. Ia percaya bahwa seni, terutama melukis, bisa menjadi medium yang efektif untuk mengasah imajinasi dan mengembangkan keterampilan.
“Program ini saya rancang untuk mengajak anak-anak di pinggiran kota, khususnya yang tinggal di sekitar TPAS Antang, agar bisa belajar mengekspresikan diri melalui seni,” ujar mahasiswi Fakultas Hukum Unhas itu.
“Kami ingin mereka memiliki keterampilan dan kepercayaan diri yang sama dengan anak-anak di tempat lain,” lanjutannya.
Kegiatan tersebut tak hanya memberikan ruang ekspresi, tetapi juga bertujuan membangun semangat baru dalam jiwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan tersebut. Melalui lukisan, anak-anak diberi kebebasan menuangkan ide dan emosi mereka dalam bentuk warna dan bentuk.
Rumah Belajar Setara, tempat berlangsungnya kegiatan, selama ini menjadi titik penting pendidikan informal maupun formal bagi anak-anak di sekitar TPAS Antang. Kehadiran program Ruang ASA menjadi angin segar dan dukungan moral bagi upaya menciptakan ruang tumbuh yang lebih layak bagi mereka.
“Kegiatan ini bukan hanya soal melukis, tapi juga soal kehadiran dan kebersamaan yang memanusiakan,” ungkapnya.
Selain kegiatan melukis, Sofi bersama relawan dan volunteer juga memberikan edukasi belajar, dasar seputar warna, bentuk, serta cerita-cerita inspiratif dari berbagai tokoh seniman. Anak-anak pun terlibat aktif, bahkan menunjukkan hasil karya mereka dengan penuh bangga.
Menurut Sofi, seni adalah bahasa universal yang bisa menyatukan semua orang, bahkan membentuk karakter sejak dini. Untuk itu, ia berharap program ini bisa terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak anak-anak di daerah marjinal lainnya.
“Kami ingin semua anak, tanpa memandang latar belakang mereka, punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkreasi. Dunia global membutuhkan anak-anak yang tidak hanya cerdas, tapi juga kreatif dan berjiwa halus,” tegasnya.
Melalui Ruang ASA ini, Sofi ingin membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, dari ruang-ruang sederhana, dan dari hati yang besar. Ia berharap program ini menginspirasi lebih banyak pemuda untuk peduli dan terlibat langsung dalam membangun masa depan bangsa.
Untuk diketahui, di gedung TK Pabbata Ummi ini proses belajar mengajar baik formal maupun informal berlangsung setiap harinya. Dari Senin hingga Jumat, ada kurang lebih 35 anak TK yang mendapatkan pendidikan secara formal, sementara Sabtu dan Minggu, anak-anak tanpa mengenal usia kembali belajar secara informal dengan relawan Setara.
TK Pabbata Ummi didirikan pada tahun 2009 di sekitar kawasan TPAS Antang, dimana peserta didiknya sendiri merupakan anak-anak dari wilayah tersebut. Adapun tenaga pendidik formalnya hanya dua orang bernama Erni dan Linda hingga saat ini. (*)