
OJK Sulselbar Ungkap Investasi Emas Jadi Pilihan Petani di Sulsel
MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) mengungkapkan, investasi emas lebih banyak dimanfaatkan oleh petani di Sulsel.
Kepala OJK Sulselbar, Moch Muchlasin melihat, petani di Sulsel masih sedikit yang mau menyimpan uang hasil panennya ke bank. Mereka cenderung lebih suka menyimpannya dalam bentuk emas.

“Ini menjadi pertanyaan apakah mereka belum percaya kepada bank atau justru memang lebih senang menyimpan dalam bentuk emas atau dalam bentuk komoditas saja,” kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) OJK Sulselbar, Budi Susetiyo beberapa waktu yang lalu.
Mochlasin memberikan contoh, sejumlah petani cengkeh di Kabupaten Bulukumba lebih memilih menyimpan hasil panennya dalam bentuk olahan cengkeh kering yang diawetkan yang disimpan dalam karung.
Jadi, kata dia, petani tidak langsung menjual hasil panen cengkehnya. Namun, mereka lebih suka menyimpannya di karing setelah dikeringkan. Atau mengkonversinya menjadi emas.
Budi mengatakan, petani menyimpan hasil panen atau memilih simpan ke dalam bentuk emas karena nilai jual yang bisa tinggi. Padahal, kondisi ini membuat kinerja perbankan di Sulsel tidak mencerminkan pertumbuhan ekonomi Sulsel di lapangan.
“Tentu ini jadi pekerjaan rumah untuk kita agar bisa menarik masyarakat sektor pertanian menyimpan uangnya di perbankan ke depannya,” kata Budi.
Sebagai informasi, OJK melaporkan kinerja perbankan di Sulsel per Maret 2025 masih mencatat pertumbuhan moderat, baik dari sisi aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit.
Aset perbankan di Sulsel tercatat sebesar Rp204,99 triliun, tumbuh 5,91 persen secara tahunan (yoy). DPK tercatat sebesar Rp137,34 triliun dengan pertumbuhan 6,55 persen (yoy), dan penyaluran kredit sebesar Rp165,78 triliun atau tumbuh 3,76 persen (yoy).
Namun pertumbuhan tersebut dinilai belum sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I/2025 yang mencapai 5,78 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 4,87 persen.
Padahal, sektor pertanian menjadi kontributor utama dengan lonjakan produksi padi yang meningkat hingga 139 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya, serta peningkatan hasil dari subsektor pertanian lainnya.(*)