
“Saat Malino Bernyanyi”: Lagu Ciptaan Jurnalis Ini Jadi Simfoni Cinta untuk Alam
GOWA, GOSULSEL.COM — Indahnya Malino kini tak hanya bisa dinikmati lewat panorama, tapi juga melalui lantunan nada. Seorang jurnalis Kompas TV asal Sulawesi Selatan, Usman Affandy, menuangkan rasa cintanya kepada kota sejuk di lereng Gunung Bawakaraeng itu dalam sebuah lagu berjudul “Beautiful Malino”.
Uniknya, lagu ini hadir dalam dua versi genre sekaligus—Pop dan Jazz Melankolis. Dua warna musik berbeda namun saling melengkapi, menciptakan harmoni yang memanjakan telinga sekaligus menguatkan nuansa syahdu khas Malino.

“Ini adalah karya yang lahir dari rasa cinta terhadap Malino. Sebuah tempat yang memberi inspirasi dan ketenangan,” ujar Usman saat ditemui usai peluncuran lagu, Sabtu (12/07/2025).
“Beautiful Malino” bukan sekadar lagu. Ia adalah cerita tentang kabut tipis yang menyelimuti pinus, udara dingin yang menyapa lembut, dan bunga-bunga yang bermekaran di taman-taman kota.
Liriknya menyiratkan kekaguman dan kedamaian, seakan mengajak siapa pun yang mendengarnya untuk merasakan atmosfer Malino secara utuh.
Tak berhenti di karya musik, Usman Affandy juga menjadi salah satu motor penggerak di balik Lomba Karya Jurnalistik Beautiful Malino 2025. Sebagai satu dari lima panitia pelaksana, ia turut merancang kompetisi bergengsi ini yang mengangkat tema “Beautiful Malino: Harmoni Alam dan Warisan Budaya”.
Lomba ini terbuka untuk umum dan terbagi dalam tiga kategori: Feature Jurnalistik, Foto Jurnalistik dan Video Jurnalistik
“Kami ingin memberi ruang bagi siapa pun yang ingin menceritakan Malino—bukan hanya dari sisi keindahan alam, tapi juga dari cerita-cerita warga, nilai-nilai budaya, dan sisi kemanusiaan yang menyentuh,” jelasnya.
Sebagai bagian dari Festival Beautiful Malino 2025, lagu dan lomba jurnalistik ini menjadi daya tarik tersendiri. Event tahunan Pemerintah Kabupaten Gowa ini memang selalu dinantikan.
Deretan hutan pinus, suhu sejuk, serta budaya lokal yang terjaga, menjadikan Malino sebagai destinasi healing yang tak pernah kehilangan pesonanya.
Tak hanya wisata, festival ini juga menjadi ruang bagi para kreator lokal untuk menunjukkan karya. Pemerintah Gowa menargetkan ribuan pengunjung hadir, sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Melalui lagu dan karya jurnalistik, Malino kini tak hanya memikat mata, tetapi juga menyentuh hati.(*)