Warna-warni Pakaian Adat: Karnaval Anak TK Meriahkan HUT RI ke 80 di Maros

Senin, 11 Agustus 2025 | 10:01 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM — Di bawah terik matahari pagi, suara riang tawa anak-anak berpadu dengan sorakan “Merdeka!” memenuhi jalanan kota Maros, Senin (11/8/2025). Ratusan anak Taman Kanak-kanak, dengan langkah kecil yang terkadang tersendat karena kain adat yang membelit kaki mungil mereka, ikut ambil bagian dalam karnaval peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.

Mata siapa pun yang menyaksikan akan terpikat pada pemandangan ini: seorang bocah lelaki berkostum bak polisi dan tentara memegang senapan mainan, di sampingnya gadis kecil berbaju bodo merah muda menggenggam kipas, sementara di belakang, sekelompok anak mengenakan pakaian bak pangeran ataupun raja lengkap kris hiasan dengan sulaman emas berkilau. Wajah mereka memerah, bukan karena marah, melainkan karena matahari yang mulai meninggi. Namun senyum tetap terukir lebar.

pt-vale-indonesia

Di pinggir jalan, para orang tua dan guru menjadi “pasukan pendukung” tak kenal lelah. Ada yang menenteng botol minum, ada pula yang jongkok memakaikan kembali hiasan kepala yang miring karena ulah si pemakai yang terlalu semangat melambaikan tangan. “Yang penting anak-anak senang, walau panas-panasan,” ujar Satriani, seorang ibu yang sejak pukul enam pagi sudah membantu mempersiapkan kostum anaknya.

Karnaval ini dimulai dari pertigaan jalan Bougenville dan berakhir di lapangan Pallantikang kantor bupati Maros. Sepanjang rute, masyarakat berkerumun di trotoar, mengabadikan momen langka ini dengan ponsel mereka. Teriakan “semangat!” terdengar berulang kali, membakar energi kecil para peserta.

Bagi sebagian orang, ini hanyalah pawai tahunan. Tapi bagi anak-anak ini, inilah pengalaman pertama mereka mengenakan pakaian adat dan berjalan bersama ratusan teman dari berbagai sekolah. “Kami ingin mereka belajar bahwa Indonesia punya banyak budaya, dan semua itu indah,” kata salah seorang guru TK yang ikut mendampingi siswanya.

Saat karnaval berakhir, beberapa anak terlihat tertidur di pelukan ibunya, sementara yang lain masih asyik memamerkan bingkisan dan tentu saja jajanan. Di wajah-wajah kecil itu, kemerdekaan mungkin belum sepenuhnya dipahami. Namun, lewat keringat, langkah kecil, dan pakaian adat yang mereka kenakan hari ini, bibit-bibit cinta tanah air sudah mulai tumbuh di hati mereka, merdeka.(*)