Bank Indonesia Prediksi Ekonomi Sulsel Tumbuh 5,6 Persen

Kamis, 14 Agustus 2025 | 10:22 Wita - Editor: adyn - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Bank Indonesia (BI) memprediksi perekonomian Sulawesi Selatan tetap tumbuh di tahun ini hingga 5,6 persen meski di tengah dinamika ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian.

“Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan berada di kisaran 4,8–5,6 persen, dengan inflasi terjaga pada 2,5 persen ±1,” kata Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizky Ernadi Wimanda, di Kantor Perwakilan BI Sulsel, Makassar, Selasa (12/8/2025).

pt-vale-indonesia

Rizky menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2025 didorong oleh beberapa lapangan usaha kunci, seperti perdagangan yang meningkat signifikan seiring lonjakan penjualan kendaraan baru sebesar 11% (yoy) atau setara 58 ribu unit.

Kemudian, industri pengolahan yang tumbuh pada segmen industri mikro-kecil, termasuk makanan-minuman, galian bukan logam, tekstil, kulit, kayu, dan furnitur.

Selanjutnya konstruksi yang turut menguat berkat realisasi investasi yang melonjak 58% (yoy), diikuti kenaikan konsumsi semen sebesar 5,76% (yoy). Lalu pertambangan, di mana produksi nikel matte naik 12% (yoy) dan gas alam meningkat 8,4% (yoy).

Sebaliknya, sektor pertanian tumbuh melambat menjadi 3,36% (yoy), turun drastis dari 15,73% pada triwulan sebelumnya. Produksi padi bahkan mengalami kontraksi 6,27% akibat normalisasi musim panen.

Sementara, kata dia, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2025 mencapai 5,2 persen (year-on-year/yoy), melampaui ekspektasi, dengan beberapa provinsi di Indonesia Timur menembus di atas angka 5 persen. Angka pertumbuhan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 4,87 persen.

Kinerja positif tersebut terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Di Sulsel sendiri, tren serupa terlihat meskipun sektor pertanian mengalami perlambatan akibat pergeseran musim panen ke Maret–April.

Hanya saja, lanjut Rizky, meski outlook positif, ketidakpastian global tetap membayangi. Kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah Donald Trump dinilai berpotensi memicu gejolak pasar.

Namun, BI memprediksi The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada 2025–2026, yang bisa memberi angin segar bagi perekonomian daerah.

Kendati begitu, Pengamat Ekonomi Unhas, Prof. Marsuki DEA mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulsel yang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional merupakan kejadian yang jarang terjadi selama beberapa tahun terakhir.

“Tampaknya penentu adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi di Sulsel banyak bertumpu pada lemahnya peran pemerintah daerah (pemda) secara umum,” kata Prof. Marsuki.

Selain itu, kata dia, kondisi tersebut juga berasal dari jasa sektor pendidikan serta besarnya ketergantungan para pelaku ekonomi, utamanya dunia usaha dan konsumen pada kebutuhan komoditas impor.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diamati dan dicarikan solusinya oleh para pemangku kepentingan strategis, mulai dari Pemda, otoritas fiskal, moneter, dan keuangan di Sulsel, termasuk para pelaku usaha dan masyarakat umumnya.

“Semua pelaku ekonomi tersebut mempunyai andil masing-masing. Walaupun tentunya peran lembaga pengambil kebijakan di daerah lebih menentukan tren pertumbuhan ekonomi tersebut,” imbuhnya. (*)


BACA JUGA